Kementerian Perindustrian terus mendorong inovasi produk industri dalam negeri agar dapat dioptimalkan, baik dari sisi produktivitasnya maupun pemasarannya. Hal ini sejalan dengan program Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) dan substitusi impor.

“Jadi, tugas pemerintah itu selain untuk mengawal produknya sampai jadi, termasuk mulai dari proses dan rekayasanya, juga dapat menciptakan market-nya,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita seusai mendampingi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat mengunjungi PT Yogya Presisi Teknikatama Industri (PT YPTI) di Sleman, Yogyakarta, yang dikutip dari siaran pers Kemenperin, Kamis (20/5).

Agus menjelaskan, pengoptimalan penggunaan produk industri dalam negeri bisa dimulai dari anggaran belanja kementerian dan lembaga. Selain itu, pemerintah juga membuka fasilitas sertifikasi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) untuk memberikan kepastian legalitas terkait kandungan nilai produk dalam negeri.

Menperin memberikan apresiasi kepada komitmen YPTI yang mendukung program P3DN. YPTI selaku perusahaan manufaktur yang berdiri sejak tahun 1999 ini telah mengimplementasikan program P3DN dengan mengembangkan welcab (alat bantu disabilitas) Toyota Sienta, komponen pembangkit listrik, alat kesehatan (ventilator dan GeNose C19), mesin perkakas (CNC Milling), serta alat peraga pendidikan untuk sekolah vokasi.

“Untuk GeNose misalnya, kami percaya bahwa semakin lama akan semakin akurat. Maka terus disempurnakan,” ujar Agus.

Pengembangan alat pendeteksi virus Covid-19 ini bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada. YPTI berperan pada produksi komponen mekanik dan plastik pada GeNose C19.

Menperin menegaskan, pihaknya aktif memberikan pendampingan kepada industri dalam negeri untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produknya sehingga kompetitif di pasar domestik dan ekspor.

Contohnya, untuk pengembangan produk GeNose C19, Kemenperin mendorong penggunaannya tidak hanya untuk sektor transportasi saja, melainkan juga untuk dunia pendidikan.

“Kami akan menyampaikan kepada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, agar produk GeNose ini bisa dimanfaatkan untuk memeriksa para murid-murid atau guru-guru di sekolah,” tuturnya.

Sebelumnya, YPTI juga telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman kerja sama dalam rangka mendorong pengembangan industri kedirgantaraan dan alat kesehatan dengan perusahaan asal Jerman, Toolcraft AG pada acara Hannover Messe 2021. Kerja sama ini didasari oleh upaya Indonesia mengembangkan pesawat terbang N219.

Beberapa komponen untuk N219 diproduksi di dalam negeri, sehingga dengan adanya kerja sama tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai TKDN industri kedirgantaraan yang saat ini hampir mencapai 40%.

“Keberadaan industri dalam negeri memerlukan dukungan dari semua pihak, baik itu pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku industri (industri besar dan IKM), serta asosiasi atau lembaga terkait serta masyarakat. Dukungan dapat diberikan dengan mencintai, membeli, dan memakai produk dalam negeri,” terang Agus.

Managing Director YPTI Petrus Tedja Hapsoro mengemukakan, selama pandemi Covid-19, aktivitas perusahaannya tidak terdampak signfikan. YPTI berupaya mempertahankan para karyawannya tetap bisa bekerja tanpa ada PHK.

YPTI memiliki dua bisnis untuk mendukung sektor otomotif, yakni lini produksi dan alat cetakan untuk komponen. Meskipun produksi mengalami penurunan, tetapi untuk pekerjaan di bagian cetakan justru naik karena perusahaan otomotif ada yang mengembangkan model kendaraan baru. Selain di sektor otomotif, PT YPTI juga mendukung produksi alat kesehatan.

“Untuk produk ventilator, kami sedang menunggu izin edar dari Kementerian Kesehatan. Kami bertekad untuk terus membuat produk dalam negeri yang berkualitas dan berkelanjutan. Ini yang akan menjadi kebanggaan kita karena bisa kompetitif dengan produk luar negeri,” pungkas Petrus.

Sumber: https://industri.kontan.co.id