Sukses kemarin tak berarti sukses hari ini. Butuh perjuangan dan kesadaran, bahwa zaman terus berubah. Sehingga, kewaspadaan ekstra di hari inilah yang akan membuat usaha maju selamanya.

Sayangnya, ada beberapa orang/pihak yang kadang tidak menyadari hal ini. Perubahan dianggap sebagai sebuah hal yang biasa. Sehingga, kewaspadaan pun jadi hal bukan menjadi perhatian utama.

Karena itu, tak jarang kita menemukan berbagai produk yang di masa lalu sangat berjaya, kini seolah hanya tinggal nama. Sebut saja merek Odol, yang kini hanya jadi sebutan untuk pasta gigi. Padahal, pada zaman dulu, merek itu sangat ternama. Ingat juga merek sepeda Federal? Model sepeda gunung yang sempat berjaya di era 80-90-an. Namun, kini, model dengan nama itu seolah menghilang entah ke mana.

Inilah pelajaran bisnis yang sebenarnya bisa kita jadikan contoh. Yakni bahwa tak selamanya yang ada di atas selalu menjadi yang pertama. Jika tak waspada, siap-siap saja tergusur dengan merek lain yang sudah siap dengan "senjata" dan keunggulan baru untuk memuaskan pelanggannya.

Hal ini mengingatkan saya pada sebuah ajaran prinsip bisnis Fu Shui Nan Shou yang arti harfiahnya adalah jangan hidup di masa lalu. Prinsip ini mengajarkan saya bahwa kesuksesan dan kegemilangan-termasuk juga kegagalan dan kejatuhan-di masa lalu "hanyalah" bagian dari masa lalu. Memang, pasti ada banyak pelajaran penting di sana, yang tentu juga bisa dijadikan kajian dan pembelajaran untuk meraih sukses hari ini. Namun, jangan sampai, kita terjebak pada "kehidupan lampau". Yakni, ketika sukses kita jadi terlena, atau ketika gagal kita langsung terus terpuruk.

Ibarat kita sedang menatap kaca spion mobil yang bisa melihat refleksi ke belakang, itu hanya untuk membuat kita berhati-hati. Tapi, yang utama tetap adalah kaca besar yang ada di depan kita, di mana kita sedang berjalan, di mana kita sedang mengendalikan kendaraan. Begitu pula ketika kita sedang mengendalikan usaha. Masa lalu adalah "spion kecil" yang bisa kita jadikan acuan pembelajaran untuk lebih bijak dan berhati-hati. Namun, fokus kita yang utama adalah kaca besar di depan sehingga kita bisa benar-benar memaksimalkan energi yang kita punya untuk meraih sukses saat ini.

Lihat contoh yang paling mencolok beberapa waktu belakangan. Masih ingat nama kamera Kodak? Merek ini bahkan juga telah mencapai era sangat kuat sehingga semua kamera pada zaman dulu disebut sebagai "kodak". Namun perusahaan legendaris dari Amerika Serikat itu akhirnya menyerah kalah dengan menyatakan bahwa divisi kameranya sudah bangkrut! Meski sejumlah inovasi terus dilakukan, termasuk juga menyediakan kamera-kamera digital berteknologi tinggi, Kodak seolah tak bisa mengikuti perkembangan yang berjalan sangat cepat. Kehadiran kamera Canon dan Nikon yang terus berkejaran memunculkan kamera teknologi terkini, plus beberapa mobile phone yang juga dilengkapi kamera canggih, ternyata tak mampu ditandingi Kodak.

Akhirnya, pada 19 Januari 2012, mereka mendaftarkan perlindungan kebangkrutan di Pengadilan Kebangkrutan Manhattan Amerika Serikat. Sungguh ironis. Ini tentu sebuah peristiwa yang tak bisa dianggap sebelah mata, mengingat Kodak telah jadi ikon dunia.

Itulah gambaran, betapa pengalaman masa lalu sama sekali tak bisa menentukan sejarah masa depan. Justru apa yang dilakukan hari inilah, strategi hari inilah, yang sebenarnya akan jadi peletak dasar bagaimana sebuah usaha bisa berkembang. Jika aktivitas tidak dilandasi dengan kewaspadaan dan terjebak di masa lalu, bisa jadi semua merek unggulan saat ini, akan bertumbangan di masa mendatang.

Karena itu, sangat tepat kiranya jika kita kembali pada prinsip "jangan hidup di masa lalu". Apa pun sukses (termasuk gagal) yang dialami kemarin, jadikan itu hanya bagian dari proses pembelajaran. Maksimalkan hari ini, karena esok pun sebenarnya masih belum pasti. Hidup di hari ini, dan terus kembangkan potensi. Maka, pintu sukses bisnis yang dijalankan akan selalu terbuka.

Salam sukses, luar biasa!!

Sumber: http://www.andriewongso.com