Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) menyatakan industri tekstil nasional optimistis dapat kembali ke posisi prapandemi pada 2021.
Sekretaris Jenderal APSyFI Redma Wirawasta mengatakan hal tersebut disebabkan oleh arah kebijakan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang jelas, yakni mengurangi impor. Selain itu, optimisme tersebut juga didorong oleh penerbitan safeguard garmen yang diharapkan segera terbit pada kuartal I/2021.
"Begitu safeguard garmen [diterbitkan], demand kain lebih besar. Lalu, pemerintah kurangi impor kain. Bahan baku lokal mulai diprioritaskan. Harusnya pertumbuhan industri tekstil bisa naik di atas 5 persen [pada 2021]," katanya kepada Bisnis, Minggu (10/1/2021).
Kemenperin meramalkan pertumbuhan industri tekstil pada 2020 anjlok hingga 5,41 persen. Adapun, pada 2021 industri tekstil diperkirakan baru akan tumbuh sekitar 0,93 persen.
Walaupun Redma tidak sependapat dengan ramalan realisasi 2021, pihaknya sependapat dengan perkiraan pertumbuhan 2020. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh dampak dari pandemi Covid-19 pada kuartal II/2020.
Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mendata volume produksi industri TPT pada awal pandemi anjlok 85 persen menjadi 1 juta ton. Adapun, utilisasi rata-rata pabrikan terjerumus menjadi 5,05 persen.
Alhasil, pabrikan harus melepas 80,01 persen tenaga kerja atau sebanyak 2,15 juta tenaga kerja pada minggu kedua April 2020. Adapun, jumlah tenaga kerja industri TPT sebelum pandemi menyerang adalah 2,69 juta orang.
Adapun, industri TPT nasional kembali menyerap hampir 1,07 juta tenaga kerja per Agustus 2020. Dengan kata lain, masih ada sekitar 1 juta tenaga kerja yang harus diserap industri TPT nasional pada 2021.
Redma berujar industri tekstil berorientasi ekspor masih dapat bertahan selama pandemi. Namun demikian, tingginya kontribusi industri tekstil berorientasi domestik membuat penurunan pertumbuhan industri tidak bisa dielakan.
Adapun, Redma mendata utilisasi industri serat pada kuartal IV/2020 telah pulih ke level 75 persen. Secara rinci, sebagian utilisasi industri serat rayon telah mencapai level persen.
Sementara itu, utilisasi industri kain telah naik ke atas level 70 persen. Angka tersebut tumbuh dari realisasi kuartal II/2020 di bawah posisi 60 persen.
Sumber: https://ekonomi.bisnis.com