Kendati minat sebagian masyarakat terhadap kendaraan listrik dianggap masih rendah, faktanya kinerja penjualan mobil listrik baru memperlihatkan tren peningkatan sepanjang 2024 berjalan.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales (pabrik ke dealer) mobil listrik atau battery electric vehicle (BEV) nasional tercatat sebanyak 11.943 unit pada Januari--Juni 2024.

Angka melesat 104,19% year on year (YoY) dibandingkan realisasi penjualan wholesales mobil listrik nasional pada periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 5.849 unit.

Meski pangsa pasarnya masih terbilang mini, kinerja penjualan mobil listrik jauh lebih baik ketimbang penjualan mobil nasional secara keseluruhan. Per semester I-2024, penjualan wholesales mobil di Tanah Air menyusut 19,4% yoy menjadi 408.012 unit.

Hasil ini menunjukkan pasar mobil listrik pada dasarnya terus tumbuh seiring bertambahnya merek dan model baru yang hadir di Indonesia.

Sebelumnya, Litbang Kompas melakukan survei terhadap 1.200 responden pria dan wanita dengan rentang usia 17--56 tahun yang tersebar di 38 provinsi Indonesia. Hasilnya, sebanyak 54,9% responden menyatakan tidak berminat membeli kendaraan listrik (mobil/motor).

Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto memperkirakan, tren positif penjualan mobil listrik nasional akan berlanjut pada semester II-2024.

Apalagi, ada sejumlah merek baru yang sudah meramaikan pasar dan baru akan mengirimkan produk mobil listriknya di semester kedua, misalnya VinFast dan GAC Aion.

Permintaan mobil listrik diyakini akan semakin tinggi tatkala model-model dengan harga terjangkau sudah makin mudah ditemui di pasar.

"Kalau harganya bisa di bawah Rp 300 juta, maka banyak masyarakat yang sanggup membeli mobil listrik," kata Jongkie, Selasa (23/7).

Bila ditelusuri, ada beberapa model mobil listrik dengan harga di bawah Rp 300 juta. Contohnya, Neta V-II yang dibanderol mulai dari Rp 299 juta, Wuling Air ev mulai dari Rp 190 juta, dan Seres E1 mulai dari Rp 189 juta.

Selain itu, ada VinFast yang menjual mobil listrik VF e34 dan VF 5 dengan harga khusus selama GIIAS 2024 masing-masing mulai dari Rp 218,25 juta dan Rp 273 juta.

Beberapa merek yang tampil di GIIAS 2024 juga menawarkan mobil listrik di rentang Rp 300 juta--Rp 500 juta.

Di antaranya BYD M6 memiliki harga mulai dari Rp 379 juta, Citroen E-C3 mulai dari Rp 377 juta, Aion ES mulai dari Rp 386 juta, MG 4 EV senilai Rp 395 juta, dan MG ZS EV senilai Rp 413 juta.

Perang harga
Sementara itu, Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) Franciscus Soerjopranoto tak menampik fakta bahwa masuknya merek China membuat merek-merek lain ikut menawarkan mobil listrik dengan harga murah, sehingga timbul perang harga.

Walau begitu, Hyundai tidak ingin terjebak dalam perang harga dengan merek-merek mobil listrik lain di Indonesia. "Tapi kami juga tidak menaikkan harga meski banyak tekanan, demi menjaga permintaan," ujar dia, Senin (22/7).

Asal tahu saja, model baru Hyundai yakni Kona Electric dihargai mulai dari Rp 499 juta. Padahal, model ini disebut memiliki Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) lebih dari 60% lantaran seluruh proses produksinya dilakukan di Indonesia.

Pihak Hyundai tetap percaya diri dapat terus bersaing dan meningkatkan kinerja penjualan mobil listriknya. Hal ini didukung oleh rantai pasok dan ekosistem mobil listrik Hyundai yang sudah sangat lengkap di Indonesia.

Mulai dari perakitan mobil dan baterai, distribusi, dan layanan purna jual, termasuk kebutuhan terhadap charging station.

"Keunggulan ini yang kami tonjolkan di pasar Indonesia," imbuh Soerjo.

Sekadar catatan, Hyundai mencatatkan penjualan wholesales mobil listrik sebanyak 705 unit pada semester I-2024. Mayoritas penjualan mobil listrik Hyundai berasal dari model Ioniq 5.       

Sumber: https://industri.kontan.co.id