Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan kinerja ekspor manufaktur mencapai US$186,98 miliar atau setara Rp2.932 triliun pada 2023.

Adapun, nilai ekspor nonmigas ini menyumbang 72,24% dari total nilai ekspor nasional sebesar US$258,82 miliar pada tahun 2023.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan industri pengolahan nonmigas masih menjadi sektor unggulan dalam memberikan kontribusi terhadap capaian kinerja ekspor nasional.

"Kami terus bertekad untuk meningkatkan nilai ekspor produk manufaktur, termasuk menambah diversifikasi produknya, yang tentunya mempunyai daya saing dan nilai tambah tinggi,” kata Agus, dikutip Jumat (16/2/2024).

Kinerja ekspor tersebut berperan besar terhadap pembentukan neraca perdagangan industri manufaktur menjadi surplus sebesar US$17,39 miliar pada tahun 2023.

Adapun, 5 sektor yang menjadi penyumbang paling besar terhadap capaian nilai ekspor industri manufaktur nasional sepanjang 2023, yakni industri logam dasar sebesar US$42 miliar, disusul industri makanan dan minuman US$41,69 miliar.

Selanjutnya, industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik US$18,12 miliar, industri kimia, farmasi dan obat tradisional (US$17,30 miliar), serta industri alat angkutan (US$13,12 miliar).

"Untuk tahun 2024, kami menargetkan US$193,4 miliar. Kami optimistis bisa tercapai," ungkapnya.

Untuk mencapai target ekspor tahun ini, pemerintah telah membentuk Satgas Peningkatan Ekspor. Tugas satgas tersebut, tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 Tahun 2023 tentang Satuan Tugas Peningkatan Ekspor Nasional.

Di sisi lain, komitmen hilirisasi industri akan terus digenjot untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam di Indonesia agar menjadi produk-produk yang memiliki nilai jual yang tinggi, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun ekspor.

Selain itu, pihaknya juga mendorong industri melakukan diversifikasi produk ekspor yang dihasilkan dengan kompleksitas tinggi atau bernilai tambah tinggi seperti dari hasil hilirisasi nikel.

"Jenis produk baru yang diekspor dengan high complexity, sebagian besar berupa logam dasar hasil hilirisasi nikel seperti stainless steel ingot dan CRC, serta kendaraan roda dua. Selainnya merupakan produk baru dengan low complexity seperti aluminium oksida, dan turunan CPO," pungkasnya.

Sumber: https://ekonomi.bisnis.com