Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia (GPFI) memproyeksikan serapan bahan baku obat produksi dalam negeri bakal naik dengan adanya dorongan belanja pemerintah.

Direktur Eksekutif GPFI Elfiano Rizaldi mengatakan hal itu lantaran obat jadi dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tinggi akan menjadi prioritas dibeli dalam pengadaan pemerintah. Sementara itu, penggunaan bahan baku obat (BBO) yang diproduksi di dalam negeri akan meningkatkan TKDN menjadi di atas 50 persen.

"Di dalam e-catalogue tersebut sudah ada persyaratan TKDN sehingga ada prioritas untuk digunakan. Kami sedang menunggu implementasinya saja," kata Elfiano saat dihubungi Bisnis, Rabu (6/4/2022).

Meski demikian, dia belum dapat memerinci kenaikan porsi BBO dalam negeri dibandingkan impor pada tahun ini. Total kebutuhan dan kemampuan produksi industri BBO akan diinventarisasi oleh Kementerian Kesehatan. Selisihnya tetap akan dipenuhi dari impor.

Namun, sumber BBO impor tetap akan mendominasi. Pasalnya, jenis molekul yang dibutuhkan industri farmasi berjumlah lebih dari 700. Sedangkan yang saat ini sudah diproduksi di dalam negeri dan diserap industri baru enam molekul saja. Sampai dengan 2024 diproyeksikan akan ada 10 molekul BBO yang bisa terserap industri.

"Memang 10 molekul ini, molekul obat yang kebutuhannya banyak," imbuhnya.

Menurut catatan Kementerian Kesehatan, dari konsumsi 10 molekul bahan baku obat terbesar dalam negeri, baru empat yang mampu diproduksi mandiri, yakni paracetamol, clopidogrel, omeprazole, dan atorvastatin. Sedangkan cefixime, amlodipine, candesartan cilexetil, bisoprolol, lansoprazole, ceftriaxone, belum dapat diproduksi di dalam negeri.

Sementara itu, pasokan bahan baku industri farmasi belum terdampak lockdown yang meluas di China. Elfiano mengatakan sejak Covid-19 melonjak di Tanah Air pada tengah tahun lalu, pengusaha farmasi telah melakukan manajemen stok baik untuk bahan baku maupun obat jadi.

Adapun, stok obat jadi yang terkait Covid-19 maupun yang bukan, masih tetap terjaga ketersediaannya. Bahkan, untuk obat terkait Covid-19 belum lepas dari kondisi stok berlebih karena penurunan kasus di dalam negeri.

"Untuk produk-produk lainnya saat ini juga masih banyak karena demand-nya tidak terlalu besar. Malah permintaan obat-obat non Covid tidak terlalu tinggi, persediaan banyak," ujarnya.

Sumber: https://ekonomi.bisnis.com