S&P Global merilis purchasing manager’s index (PMI) manufaktur Indonesia pada Februari 2023 yang mengalami penurunan tipis sebesar 0,1 poin menjadi 51,2, dari bulan sebelumnya yang mencapai poin 51,3.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut, meskipun turun 0,1 poin, tetapi PMI manufaktur Indonesia masih ekspansi dan mengungguli berbagai negara seperti Myanmar, Malaysia dan beberapa negara lain.

Selain itu, menurutnya level ekspansi ini melanjutkan ekspansi manufaktur Indonesia selama 18 bulan terakhir.

“Level ekspansi ini memperpanjang periode perbaikan kondisi sektor industri manufaktur kita selama 18 bulan terakhir ini, meskipun di tengah dampak tekanan ekonomi global. Artinya tingkat kepercayaan diri para pelaku indutri manufaktur kita masih cukup tinggi atau optimistis,” kata Agus dalam keterangan resmi, Kamis (2/3/2023).

Senada dengan Agus, Economics Associate Director S&P Global Jingyi Pan juga menyebut, penurunan 0,1 poin ini tidak membuat manufaktur Indonesia di bulan Februari ini dinilai dalam keadaan yang tidak stabil.

“PMI memberikan sinyal bahwa kondisi sektor manufaktur terus meningkat dengan kecepatan yang stabil dan berkelanjutan di bulan Februari,” kata Jingyi dalam keterangan tertulis, dikutip pada Kamis (2/3/2023).

Meenurunan PMI ini berkaitan dengan penurunan permintaan dari luar negeri belum bisa diandalkan dan masih melambat lantaran ketidakpastian kondisi ekonomi, sejak tahun lalu.

Sementara, industri ini masih bergantung dengan permintaan dari pasar domestik yang kini kian menguat.

“Permintaan domestik yang lebih kuat dilaporkan mendukung pertumbuhan output manufaktur, dan asing permintaan dalam pemulihan,” tambahnya.

Jingyi juga menyebut, tekanan di industri manufaktur Indonesia mulai berkurang dengan berkurangnya kendala rantai pasok, terlihat dari pengiriman barang pada distributor yang bertambah cepat sehingga inflasi biaya input yang kian melunak.

Terlebih, kata Jingyi, hal ini dapat membantu menjaga inflasi harga jugal di bulan Februari ini, dan Bank Indonesia sebagai bank sentral bisa memiliki ruang lebih leluasa untuk bermanuver.

Secara keseluruhan, menurut Jingyi, di bulan Februari ini, sentimen di industri manufaktur Indonesia masih dinilai positif.

Meskipun kepercayaan diri industri ini berada dalam level terendah sejak tiga tahun terakhir, Perusahaan berharap kondisi pengoperasian terus membaik dan mendukung kenaikan output pada tahun mendatang.

“Namun, penurunan bisnis kepercayaan diri ke level terendah dalam hampir tiga tahun memprihatinkan. Ini akan menjadi kunci untuk melihat permintaan yang lebih baik kondisi, termasuk permintaan asing, untuk membantu meningkatkan kepercayaan produsen,” pungkas Jingyi.

Sumber: https://ekonomi.bisnis.com