Pertemuan tahunan World Economic Forum dimanfaatkan Pemerintah Indonesia untuk melakukan diskusi dengan para perwakilan ekonomi dunia dan investor-investor potensial. Sejumlah isu dipaparkan dalam forum tersebut, antara lain terkait upaya penumbuhan ekonomi Indonesia, green energy, pengendalian pandemi Covid-19, dan upaya pemulihan ekonomi nasional.
Ekonomi Indonesia tumbuh mencapai 5,01% pada triwulan I-2002. Pada periode yang sama, sektor industri manufaktur dapat melampaui angka tersebut dengan tumbuh sebesar 5.47%, meskipun di tengah situasi ekonomi global yang tidak menentu akibat pandemi Covid-19.
Pertumbuhan industri manufaktur pada triwulan I-2022 didukung oleh kebijakan hilirisasi yang dilakukan pemerintah, sehingga peningkatan Manufacturing Value Added (MVA) berjalan dengan baik. “Sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia terus meningkatkan Manufacturing Value Added (MVA) untuk basis produksi manufakturnya,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam pembukaan paviliun Indonesia pada World Economic Forum 2022 di Davos, Swiss, Senin (23/5) waktu setempat.
Kementerian Perindustrian menyebut industri pengolahan masih memberikan kontribusi yang dominan terhadap nilai ekspor nasional, dengan capaian sebesar 74,46 persen sepanjang Januari-April 2022.
Selama empat bulan pertama tahun ini, kinerja pengapalan produk sektor manufaktur menembus hingga lebih dari US$69,59 miliar atau naik 29,19 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pemerintah bertekad untuk konsisten melaksanakan program hilirisasi industri yang bertujuan meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, di tengah harga komoditas yang kian menanjak. Sebab, selain memiliki andil dalam tumbuhnya kinerja ekspor nasional, percepatan hilirisasi sektor industri juga berdampak positif pada kesejahteraan rakyat.
“Hal ini menunjukkan bahwa upaya dan kebijakan dalam pemulihan ekonomi nasional yang dilakukan oleh pemerintah berjalan dengan baik di tengah menghadapi berbagai tantangan dari kondisi ekonomi global yang tidak menentu,” kata Menteri Perindustrian dalam keterangan tertulis, Rabu (18/5/2022).
Upaya pemerintah menggenjot angka investasi di sektor industri kulit dan alas kaki dinilai cukup realistis. Namun, target tersebut memiliki sejumlah syarat agar dapat terealisasi.
Dalam Perpres No. 74/2022 tentang Kebijakan Industri Nasional (KIN), pemerintah mematok target investasi sektor tersebut senilai Rp21,7 triliun per tahun dalam tahapan capaian periode 2022 - 2024.
Target tersebut terbilang tinggi. Sebab, tingkat investasi industri kulit dan alas kaki berada di kisaran Rp1 triliun/tahun. Pertumbuhan 4 kali lipat secara tahunan terakhir terjadi pada 2017 dengan investasi mencapai Rp7,62 triliun.
Kementerian Perindustrian mendorong industri terus berkontribusi dalam menurunkan emisi karbon guna mendorong keseimbangan antara pertumbuhan sektor manufaktur dan kelestarian lingkungan.
Di tengah pertumbuhan positif sektor industri nonmigas sebesar 3,67 persen, dengan sisi penyerapan tenaga kerja meningkat sebanyak 1,2 juta orang, Kemenperin juga terus berupaya agar industri nasional bertransformasi menuju industri hijau.
"Melalui upaya transformasi tersebut, kami mengharapkan sektor manufaktur berkontribusi pada penurunan emisi karbon dan transisi energi hijau menuju karbon netral dan ekonomi hijau di bumi Indonesia," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangannya di Jakarta, Selasa.
Kinerja industri logam dan baja di Indonesia mengalami pertumbuhan. Hal ini sejalan dengan menurunnya kasus COVID-19 dan membaiknya kondisi perekonomian.
Pada kuartal I 2022, industri logam dasar tumbuh sebesar 7,90 % (yoy). Sementara pada kuartal pertama tahun 2021 tumbuh sebesar 7,71 % (yoy).
Direktur Industri Logam, Kementerian Perindustrian Liliek Widodo mengatakan, pertumbuhan ini sejalan dengan perbaikan-perbaikan kebijakan yang mengacu pada mekanisme smart supply-demand dengan pertimbangan teknis yang terukur sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 4 tahun 2021.
"Dampak positif dari kebijakan tersebut adalah pertumbuhan tahunan Industri logam dasar yang tinggi selama dua tahun terakhir, yaitu 11,46% pada 2020 dan 11,31% pada 2021. Sebaliknya, impor besi, baja, baja paduan, dan/atau produk turunannya yang berada dalam lingkup pengendalian atau larangan dan pembatasan (lartas) cenderung mengalami penurunan selama dua tahun terakhir," katanya dalam keterangannya, Kamis (12/5/2022).
Perusahaan asal Jepang diperkirakan berhasil meraup keuntungan dari bisnis yang dijalankan di Tanah Air sepanjang 2021.
Laporan berjudul "2021 JETRO Survey on Business Conditions of Japanese Companies Operating Overseas" menunjukkan sebanyak 63,4 persen perusahaan Jepang di Indonesia diperkirakan berhasil mencatatkan untung tahun lalu.
Pencapaian perusahaan Jepang di Indonesia hanya kalah dari Singapura dan Filipina. Perusahaan manufaktur asal Jepang di kedua negara itu diperkirakan meraup untung dengan persentase masing-masing 66,4 persen dan 65,5 persen.
Perusahaan Jepang di Tanah Air lebih moncer dibandingkan dengan Thailand. Persentase perkiraan keuntungan perusahaan manufaktur Jepang di negara itu pada 2021 adalah 62,6 persen.
Page 80 of 126