Pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia mendesak pemerintah untuk mengoptimalkan pasar domestik sebagai antisipasi dampak ancaman resesi ekonomi Amerika Serikat.

Ketua Umum Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan optimalisasi pasar domestik sangat memungkinkan lantaran daya beli dan permintaan dalam negeri aman.

"Permintaan domestik tidak masalah. Daya beli juga tidak masalah. Inflasi nasional juga masih terkendali," kata Redma kepada Bisnis.com, Minggu (31/7/2022).

Menurutnya, hal yang perlu dilakukan pemerintah secara lebih serius adalah memastikan industri TPT dalam negeri aman dari gempuran produk-produk impor maupun yang berstatus ilegal.

Kementerian Perdagangan mengatakan optimis peningkatan ekspor besi baja sebesar US$ 30 miliar atau setara Rp 450 triliun (kurs Rp 15.000/US$) akan tercapai. Nilai itu merupakan target dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang disampaikan awal tahun ini.

"Iya mudah-mudahan (tercapai US$ 30 miliar) apalagi tadi sudah disampaikan mereka (PT Gunung Raja Paksi Tbk) investasi Rp 1 triliun pasti peningkatan manufaktur itu bisalah. Insyaallah meningkatlah," kata Plt Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kemendag, Veri Anggriono, Rabu (26/7/2022).

Veri juga yakin adanya pengetatan perbatasan di Selandia Baru tidak berpengaruh kepada ekspor baja besi ke Selandia Baru.

"Dengan adanya pengetatan aja mereka (PT GRP) bisa tembus," jelasnya.

Jepang disebut-sebut tidak mau kehilangan kesempatan untuk berinvestasi di industri pangan dan pupuk Indonesia.

Menurut Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Negeri Sakura sedang mengalami masalah dalam pemenuhan kebutuhan pangan domestik akibat industri pertanian yang dinilai tidak efisien.

Selain bermasalah dengan persediaan komoditas pangan, Jepang masih harus menghadapi persediaan pupuk yang tidak banyak karena keterbatasan pasokan gas.

"Dalam hal ini, Jepang tidak mau kehilangan kesempatan untuk mengamankan akses ke komoditas pangan dan pupuk. Salah satunya dari Indonesia," jelasnya.

Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menyatakan bahwa ketika dalam keadaan normal, penguatan mata dollar Amerika Serikat (AS) seharusnya berdampak positif bagi para eksportir furnitur. Namun sebaliknya, justru situasi saat ini dinilai berdampak tidak baik pada bisnis.

Ketua Presidium HIMKI Abdul Sobur menyebut, salah satu dampak dari naiknya dollar AS saat ini adalah peningkatan pada beban operasional produksi, mulai dari harga bahan baku hingga bahan-bahan penolong.

"Tidak semua bahan baku dan bahan penolong tersedia di dalam negeri, artinya harus impor, dan impor tentunya juga menggunakan mata uang dollar AS," kata Abdul, kepada Kontan.co.id, Senin (25/7).

Dia melanjutkan, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga berdampak buruk bagi perusahaan yang penjualannya masih mengandalkan pasar lokal, dan bagi mereka yang bergantung pada bahan baku atau bahan penolong impor.

Investasi ke industri pangan dalam negeri dinilai bisa menyelamatkan Indonesia dari kontraksi pertumbuhan ekonomi yang berpotensi terjadi pada 2023.

Direktur Eksekutif Next Policy Fithra Faisal Hastiadi mengatakan Indonesia berpotensi mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi mulai kuartal II/2023 jika gagal menjaga persediaan komoditas pangan. Salah satu hal yang dikhawatirkan adalah agresifitas berlebihan RI dalam mengekspor komoditas pangan.

"Tanpa kontrol, produksi dalam negeri akan menipis dan persediaan pangan domestik menjadi langka. Hal tersebut bakal memicu kontraksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 0,7 0,8 persen," kata Fithra kepada Bisnis, Selasa (26/7/2022).

Alih-alih terlalu semangat meraup cuan dari aktivitas ekspor, Fithra menilai akan lebih menguntungkan bagi Indonesia ketika mampu membawa investor masuk sehingga terjadi pengembangan dari sisi kapasitas produksi.

Industri keramik di tanah air terus bergeliat untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor, dengan meningkatkan kapasitas produksi melalui investasi baru atau perluasan pabrik. Upaya ini akan semakin memperkuat aliran rantai pasok ubin keramik nasional sejalan dengan program subtitusi impor sebesar 35%.

 “Dalam pengembangan industri keramik, kita harus mengoptimalkan sumber daya produksi dalam negeri dengan visi menjadikan Indonesia kembali masuk dalam lima besar produsen ubin keramik dunia,” kata Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian, Ignatius Warsito dalam sambutannya mewakili Menteri Perindustrian pada Peresmian Perluasan Pabrik Plant 5B dan Peninjauan Proyek Perluasan Pabrik Plant 5C PT Arwana Citramulia Tbk di Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (20/7).