Terbitnya kebijakan pro industri serta sedikit meredanya perang dagang global telah memberikan dampak positif terhadap kondisi perekonomian global yang juga membawa pengaruh baik kepada iklim usaha industri di Indonesia. 

Hal inipun diikuti dengan mengalirnya investasi baru terutama investasi di sektor manufaktur dan peningkatan penyerapan tenaga kerja juga ikut kinerja industri pada bulan Mei 2025 ini.

Pada bulan Mei 2025, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) manufaktur menunjukkan kinerja positif dengan kembali bertahan pada fase ekspansi yang mencapai level 52,11. Posisi ini meningkat 0,21 poin dibandingkan pada bulan April 2025, namun melambat 0,39 poin dibandingkan pada Mei 2024.

“Kembalinya IKI bulan Mei 2025 pada laju ekspansi telah ditopang oleh 21 subsektor yang tercatat tumbuh positif dan menyumbang kontribusi sebesar 95,7 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas pada Triwulan I – 2025,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arief dalam Rilis IKI Mei 2025 di Jakarta, Selasa (27/5/2025).

Pemerintah Indonesia mendukung pengembangan industri berkelanjutan dengan menekankan peran penting inovasi dan teknologi digital dalam Deklarasi Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan (BRICS).

Deklarasi tersebut dilakukan dalam pertemuan tingkat Menteri BRICS yang mengangkat tema Strengthening Global South Cooperation for More Inclusive and Sustainable Governance di Brasil pada 21 Mei 2025.

"Dalam pertemuan tersebut, dideklarasikan peran penting inovasi dan teknologi digital dalam pengembangan sektor industri manufaktur yang berkelanjutan. Ada beberapa poin utama deklarasi yang telah disetujui oleh negara anggota BRICS untuk menjadi langkah signifikan dalam pembangunan industri yang inklusif dan berkelanjutan,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasmita dalam pernyataan di Jakarta, Kamis.

Menperin menjelaskan poin utama Deklarasi BRICS relevan dengan peta jalan Making Indonesia 4.0, yaitu mendukung penguatan inovasi teknologi dalam sektor industri manufaktur dan rantai pasok industri yang inklusif dan kuat.

Indonesia Mining Association (IMA) mengungkapkan program hilirisasi komoditas unggulan nasional, khususnya tambang perlu didorong lebih luas lagi. Mengingat saat ini hilirisasi komoditas tambang, seperti produk nikel, baru sampai sampai barang setengah jadi. Pemerintah dinilai perlu membangun industri sektor hilir untuk menggenjot program hilirisasi.

Ketua IMA Rachmat Makkasau mengungkapkan, apabila industri manufaktur Indonesia dapat ditingkatkan untuk dapat mengolah produk-produk hilirisasi dari smelter tambang, maka hal ini akan memberikan dampak ekonomi yang sangat besar terhadap Tanah Air. Awalnya Rachmat mengungkapkan, pihaknya melihat langkah pemerintah dalam upaya untuk mendongkrak nilai tambah potensi komoditas tambang nasional, patut diapresiasi.

"Yang perlu kita catat bahwa kementerian ESDM dalam hal ini melalui Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara, dalam pandangan kami telah sukses memastikan hilirisasi di dunia tambang," beber Rachmat dalam acara Energi Mineral Forum 2025 di Kempinski Hotel, Jakarta, Senin (25/5/2025).

Investasi Korea Selatan di Indonesia menunjukkan tren yang terus meningkat dan semakin strategis.

Dalam lima tahun terakhir, lebih dari 60 persen investasi Korea Selatan di Indonesia disalurkan ke sektor manufaktur, dengan puncaknya mencapai lebih dari 70 persen hanya dalam bulan pertama 2025.

Hal ini diungkapkan oleh Reza Mawasthama, Kepala Kantor Promosi Investasi Indonesia (IIPC) di KBRI Seoul.

"Secara historis, sektor manufaktur memang menjadi tulang punggung investasi Korea di Indonesia. Dari statistik lima tahun terakhir, kontribusinya konsisten di angka 60 sampai 70 persen, dan bahkan pada awal 2025 sudah melampaui 70 persen," kata Reza kepada para jurnalis yang terpilih dalam program Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea (IKJN) Batch 4 yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation, di Seoul, Senin (19/5/2025).

Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (BP Danantara) menyampaikan empat perusahaan China akan membangun pabrik di Indonesia. Empat perusahaan tersebut akan masuk berbagai sektor, mulai dari baterai, kendaraan listrik, data center, hingga layanan konsumen.

Chief Information Officer (CIO) Danantara Pandu Sjahrir mengatakan sebenarnya banyak perusahaan China yang tertarik investasi di Indonesia. Namun, setidaknya ada empat perusahaan yang paling terdepan menunjukkan minat investasi.

"Wah, banyak yang berminat. Tapi yang paling depan mungkin ada empat. Saya enggak bisa sebut nama-namanya. Soal dari sisi baterai, dari sisi electric vehicle, mereka tertarik di sana. Dari sisi data center, mereka juga sangat tertarik di sana. Dari sisi investment juga di sisi consumer. Mereka juga tertarik di daerah sana. Jadi kita lihat lah satu demi satu," ujar Pandu saat ditemui di Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Jakarta Selatan, Minggu (25/5/2025).

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menilai bergabungnya Indonesia di dalam BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan South Africa), akan berdampak bagi kemajuan sektor industri manufaktur. BRICS merupakan aliansi ekonomi negara-negara berkembang yang mewakili lebih dari 40 persen populasi dunia dan hampir seperempat produk domestik bruto (PDB) global.

Indonesia resmi bergabung sebagai anggota BRICS pada Januari 2025. Indonesia menjadi anggota ke-10 setelah Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab. Bergabungnya Indonesia di BRICS semakin memperkuat posisi sebagai kekuatan ekonomi alternatif terhadap dominasi negara maju.

"Keanggotaan Indonesia di dalam BRICS merupakan langkah strategis untuk memperluas kerja sama internasional, terutama dalam pengembangan industri, investasi teknologi, dan penguatan rantai pasok global," ujar Agus dalam keterangan tertulis, Selasa (20/5/2025).