Kalangan ekonom menilai prospek bisnis perangkat berbasis listrik di Tanah Air cukup besar, khususnya di segmen kendaraan. Sebab, banyak segmen yang bisa digarap, mulai dari baterai hingga spare part lain yang diperlukan.

Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira pemerintah hanya perlu meningkatkan insentif serta aksesibilitas bahan baku bagi pelaku industri di sektor tersebut untuk mengoptimalkan peluang yang ada.

"Soalnya, insentif masih sedikit. Selain itu, aksesibilitas industri ke bahan baku selain nikel perlu ditingkatkan. Untuk awal-awal, pemerintah perlu bantu pengusaha," kata Bhima kepada Bisnis, Selasa (27/9/2022).

Selain itu, sambungnya, pembangunan kawasan industri yang mendukung industri kendaraan berbasis listrik, seperti misalnya Kawasan Industri Batang, masih memerlukan waktu 3-5 tahun untuk bisa beroperasi, sehingga diperlu diakselerasi.

Dengan demikian, jelasnya, masa depan industri kendaraan berbasis listrik di Tanah Air cukup prospektif meskipun penjualan produk di industri di Indonesia tersebut masih di bawah 1 persen dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar fosil.

Di sisi lain, kalangan pengusaha berharap pemerintah meningkatkan efisiensi biaya investasi, usaha, serta rantai pasok agar investor berminat menanamkan modal terkait dengan upaya akselerasi penggunaan kendaraan dan perangkat lain berbasis listrik.

Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani, langkah RI dalam memasifkan penggunaan perangkat berbasis listrik dapat menarik minat investor sangat bergantung dengan hal-hal tersebut di atas.

"Apakah akan menarik investor? Kembali ke iklim usaha dan investasi. Seberapa jauh upaya emerintah meningkatkan efisiensi biaya investasi, usaha, dan supply chain untuk, misalnya, produksi kendaraan listrik," kata Shinta.

Sebab, jelasnya, minat investasi tidak semata didorong oleh permintaan pasar, tapi juga dari sisi efisiensi, kelancaran produksi dan rantai pasokan, serta persaingan pasar electric vehicle dan perangkat berbasis listrik lainnya.

Sumber: https://ekonomi.bisnis.com