Daya tahan industri manufaktur Indonesia perlu diukur di tengah pelbagai persoalan seperti perubahan situasi geopolitik dan ancaman resesi.

Tentunya, indikator daya tahan tersebut bisa diukur dari sepak terjang industri manufaktur Tanah Air dalam beberapa tahun terakhir. Terutama, pada masa-masa paling berat saat pandemi Covid-19 melanda.

Mengacu kepada data historis Kementerian Perindustrian (Kemenperin), output industri manufaktur Indonesia konsisten mengalami kenaikan dalam kurun 5 tahun terakhir.

Dalam pemaparan Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Taufiek Bawazier, di acara Mid-Year Economic Outlook 2022 yang diselenggarakan Bisnis Indonesia, kenaikan tertinggi justru diraup pada masa pandemi periode 2020-2021.

Tahun lalu, output industri manufaktur nasional naik 8,52 persen year on year (yoy) dengan nilai mencapai US$228,38 miliar.

Tahun 2020 memang menjadi periode terberat. Dengan nilai US$210,40 miliar, tahun tersebut menjadi periode tunggal output manufaktur Indonesia mengalami penurunan. Yakni, 4,58 persen yoy.

Pada 2019, output manufaktur mencapai US$220,50 miliar. Naik cukup signifikan sebesar 6,51 persen dari 2018 di mana sektor manufaktur memiliki output senilai US$207,03 miliar.

Pencapaian pada 2018 naik moderat dari tahun sebelumnya sebesar 1,11 persen. Adapun, output industri manufaktur Indonesia pada 2017 senilai US$204,75 miliar.

Selain catatan kinerja 5 tahun terakhir, ketangguhan industri manufaktur bisa dilihat dari posisi Indonesia di ranah global dalam konteks penguasaan pasar yang dinilai oleh pemerintah cukup signifikan.

"Secara global, pangsa pasar industri manufaktur Indonesia berada dalam posisi 10 besar," ujarnya dalam acara Mid-Year Economic Outlook 2022 yang diselenggarakan Bisnis Indonesia, Selasa (2/8/2022).

Mengutip data Statista, hingga 2019 Indonesia memiliki pangsa pasar sebesar 1,6 persen. Indonesia berada di peringkat ke-10 dan menjadi satu-satunya negara Asia Tenggara yang masuk dalam 10 besar.

Sementara itu, data Rangking Royals pada 2021 menunjukkan Indonesia sebagai negara tier pertama dalam hal destinasi manufaktur dunia.

Mengacu kepada data tersebut, Indonesia berada di peringkat keenam dan menjadi negara dengan peringkat lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

Sumber: https://ekonomi.bisnis.com