Tingginya permintaan pasar global terhadap mobil listrik dinilai tidak melulu menjadi preseden baik bagi negara penyedia bahan baku terbesar seperti Indonesia.

Indonesia dinilai harus antisipatif terhadap lonjakan permintaan mobil listrik di pasar dunia tersebut karena tren itu diprediksi tidak akan diimbangi dengan suplai yang memadai.

Mengutip pemberitaan Bisnis, total penjualan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) global pada 2021 tumbuh berlipat dari tahun sebelumnya, yakni mencapai 6,3 juta unit.

Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal memperkirakan lonjakan permintaan mobil listrik akan terus berlanjut. Terutama, diakselerasi oleh pemberian insentif mobil listrik di sejumlah negara.

Selain itu, sambungnya, peningkatan ekspor nikel untuk memenuhi lonjakan permintaan mobil listrik di pasar global dinilai bakal menyebabkan menipisnya persediaan bahan baku di Tanah Air.

"Ini akan dirasakan tahun depan apabila kita tidak menahan laju ekspor," kata Fithra kepada Bisnis, Minggu (5/6/2022).

Mengutip laporan Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor nikel Indonesia periode Januari - April 2022 mengalami pertumbuhan berlipat ganda seperti halnya tren penjualan kendaraan listrik global tahun lalu.

Nilai ekspor nikel Indonesia periode Januari - April 2022 naik hingga 343,48 persen secara tahunan (year-on-year). Nilai ekspor nikel RI Januari - April 2022 mencapai US$1,26 triliun, sedangkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$248 miliar.

"Memang, kondisi ini menopang ekonomi untuk jangka pendek. Namun, peningkatan ekspor nikel lonjakan demand akan menyebabkan menipisnya bahan baku yang diproduksi di Indonesia," sambungnya.

Sumber: https://ekonomi.bisnis.com