Asosiasi Pengusaha Mainan Indonesia (APMI) memperkirakan permintaan mainan akan lebih bergairah pada tahun ini, seiring dengan perbaikan daya beli masyarakat.

Ketua APMI Sutjiadi Lukas mengatakan, penjualan lokal pada tahun lalu sudah mencapai 70–80 persen dari kondisi prapandemi Covid-19.

Hal tersebut didorong oleh momentum awal tahun yang umumnya menjadi musim puncak mainan, sehingga penjualan diharapkan kembali ke posisi sebelum pandemi Covid-19.

“Tahun ini kami berharap sudah bisa normal, dan kami harapkan kebijakan pemerintah yang mendukung dunia usaha, terutama perizinan,” kata Sutjiadi kepada Bisnis, belum lama ini.

Dia melanjutkan, pemulihan yang tersendat pada tahun lalu juga dipengaruhi oleh sulitnya mainan impor masuk.

Sementara itu, perbaikan daya beli masyarakat juga tecermin dalam survei konsumen Bank Indonesia pada Desember 2021 yang mengindikasikan keyakinan terhadap kondisi ekonomi yang terjaga pada level optimistis.

Indeks keyakinan konsumen (IKK) pada Desember 2021 sebesar 118,5 berada pada level optimistis, meski sedikit turun dari level November 2021 sebesar 118,5. Adapun, indeks ekspektasi kondisi ekonomi (IEK) pada Desember 2021 tercatat 136,8, sedikit turun dari bulan sebelumnya 137,8.

Rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi pada Desember 2021 sedikit meningkat menjadi 76,2 persen dari bulan sebelumnya 76,1 persen.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Sepeda dan Mainan Indonesia (APSMI) Eko Wibowo menambahkan, industri mainan akan lebih bergairah daripada sepeda, karena dinamika tren produk yang bergerak cepat.

Pada 2020 pasar mainan terpangkas hingga 60 persen, sebelum kemudian membaik pada 2021.

“Yang berpengaruh adalah pergerakan masyarakat, kalau sudah bisa kembali normal, pasti pasar juga bisa bergairah, karena pasar kami paling banyak middle-low 70 persen,” ujarnya.

Sumber: https://ekonomi.bisnis.com