Industri hilir kehutanan tetap prospektif di tengah pandemi dan kendala logistik akibat kelangkaan kontainer dan kapal induk.

Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) mencatat kinerja ekspor industri hilir kehutanan mampu tumbuh 28 persen pada Januari-September 2021, dengan nilai US$10,5 miliar dari periode sebelumnya sebesar US$8,1 miliar.

Kinerja nilai ekspor tersebut merupakan gabungan dari sembilan produk yakni bangunan prefabrikasi, serpih kayu, furnitur kayu, kerajinan, panel, kertas, pulp, veneer, dan woodworking.

"Saya optimistis akhir tahun bisa tembus US$12 miliar. Berarti kembali ke [capaian] 2018, yang [merupakan kinerja] paling bagus dalam sejarah ekspor produk kehutanan kita," kata Ketua Umum APHI Indroyono Soesilo kepada Bisnis, Jumat (8/10/2021).

Indroyono mengatakan biaya pengapalan yang melonjak karena kelangkaan kontainer tak menyurutkan kinerja ekspor karena permintaan yang juga tinggi. Terlebih ketersediaan kontainer belakangan juga sudah mulai diurai oleh Kementerian Perdagangan dan stakeholder terkait.

Sementara itu, ekspor kertas tercatat yang paling tinggi dengan nilai US$2,8 miliar, diikuti pulp US$2,1 miliar, panel US$2,1 miliar, dan furnitur kayu US$2,1 miliar.

Dia mengatakan pertumbuhan ekspor sejalan dengan peningkatan produksi hutan alam dan hutan tanaman. Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, produksi hutan alam mencapai 3,9 juta m3 atau tumbuh 19,7 persen secara year-on-year. Adapun produksi hutan tanaman tercatat sebesar 34,7 juta atau tumbuh 2,3 persen secara yoy.

Indroyono juga mengatakan kebijakan perluasan penampang kayu untuk ekspor yang diterapkan pemerintah berhasil meningkatkan pengapalan veneer sebesar 53 persen dan woodworking hingga 10 persen.

"Selain itu tren dunia sedang berubah, orang tidak kerja kantoran lagi, rumah-rumahnya direnovasi, beli furnitur baru, terus juga study from home," ujarnya.

Sumber: https://ekonomi.bisnis.com