Kinerja industri manufaktur selama pandemi Covid-19, khususnya di semester I/2021, tercatat bertahan bahkan tumbuh lebih tinggi jika dibandingkan dengan masa sebelum pandemi Covid-19.

Hal tersebut terlihat dari Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur berdasarkan survei IHS Markit yang menunjukkan pertumbuhan ekspansif dari Januari hingga Juni 2021. Meskipun, terdapat perlambatan di Juni 2021 terlihat dari turunnya indeks ke level 53,5 dari 55,3 pada Mei 2021.

Akan tetapi, ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Ina Primiana memandang konsistensi laju ekspansif dari PMI Manufaktur di tengah pandemi Covid-19 layak disebut luar biasa dan digdaya.

“Angka ini belum pernah dicapai sebelumnya di masa sebelum pandemi. Di 2019 saja tidak pernah tercapai angka yang cukup tinggi di atas 53. Jadi ini menurut saya luar biasa, berarti ekspansif,” jelas Ina pada CORE Midyear Review 2021 secara virtual, Selasa (27/7/2021).

Hal tersebut juga didukung oleh angka pertumbuhan Prompt Manufacturing Index oleh Bank Indonesia (BI) yang sempat berada di level ekspansif atau di atas 50 pada kuartal I dan II di 2021, meskipun mengalami sedikit pelambatan di kuartal III atau turun ke level 49,9.

Sementara itu, Ina menilai kinerja industri manufaktur yang baik di masa pandemi, dapat terlihat juga dari kapasitas produksi terpakai industri pengolahan, dan seluruh sub-sektor di dalamnya yang mulai membaik sejak kuartal III/2020.

Ina turut menyoroti kinerja ekspor dan impor industri di masa pandemi yang lebih baik dari sebelum pandemi. Contohnya saja, surplus perdagangan Indonesia pada Januari-Mei 2021 mencapai US$7,49 miliar, sudah lebih tinggi dari Januari-Mei 2020, dan keseluruhan pada tahun 2018 dan 2019 yang bahkan sampai defisit.

“Mulai 2020, pada saat pandemi sudah mulai, kita malah surplus. Ini sangat menarik,” tuturnya.

Terakhir, geliat dari investasi sektor industri justru meningkat di 2020 pada saat pandemi Covid-19 terjadi. Dari data yang diolahnya, Ina menunjukkan investasi di sektor manufaktur atau industri 2020 mencapai Rp272,9 triliun, lebih tinggi dari 2018 sebesar Rp222,3 triliun dan 2019 sebesar Rp215,9 triliun.

“Jadi perlu kita menjaga momentum ini. Karena tidak gampang, kalau tidak lagi pandemi, tidak terjadi kenaikan seperti ini. Ini harus dijaga,” jelas Ina.

Sumber: https://ekonomi.bisnis.com