Industri rantai pendingin menyebut sepanjang semester II/2021 ini akan ada peningkatan produksi hingga 90.000 ton. Permintaan rantai pendingin itu akan didorong utamanya oleh makanan beku dan produk olahan susu.
Ketua Umum Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) Hasanuddin Yasni mengatakan pada paruh pertama ini ekspansi produksi hanya berkisar 30.000 ton. Menurutnya, pada enam bulan pertama ini industri masih banyak yang sebatas melakukan negosiasi.
"Jadi kami proyeksi semester II akan ada peningkatan 90.000 ton. Artinya, secara total tahun ini akan berkisar 120.000 ton atau naik 23.000 ton dari tahun lalu yang hanya 98.000 ton," katanya kepada Bisnis, Rabu (16/6/2021).
Yasni menyebut kendati sudah ada pertumbuhan 23.000 ton tetapi level tersebut belum menunjukkan pemulihan kondisi seperti sebelum pandemi. Pasalnya, pada 2019 industri ini mampu mencatatkan produksi hingga 186.000 ton.
Meski demikian, Yasni menyebut saat ini produksi rantai pendingin untuk industri farmasi cukup mencatatkan permintaan yang baik. Tentu saja, hal itu didorong oleh program vaksinasi Covid-19 yang pemerintah jalankan saat ini.
Belum lagi, pada tahun lalu ARPI mendata hanya 16 provinsi di dalam negeri yang memiliki fasilitas mumpuni untuk menyimpan vaksin Covid-19.
"Jadi kalau untuk keperluan farmasi saat ini akan dibagi menjadi dua fase, fase pertama untuk tingkat provinsi kemudian fase dua untuk wilayah lebih kecil atau Kabupaten," ujarnya.
Menurut Yasni, untuk keperluan farmasi rantai pendingin yang digunakan yakni reefer container di mana pada tahun lalu produksinya hanya berkisar 120 unit. Dengan proyeksi akan ada peningkatan produksi hingga 300 unit dengan investasi per unit berkisar Rp150-Rp200 juta.
Sumber: https://ekonomi.bisnis.com