Lembaga Informasi dan Layanan Keuangan IHS Markit melansir Indeks Manufaktur Indonesia atau Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur RI mencatat rekor tertinggi pada Maret 2021 dalam satu dekade pengumpulan data selama Maret 2021 di tengah-tengah percepatan paling tajam pada tingkat pertumbuhan output dan permintaan baru, yang angkanya mencapai 53,2.

"Sektor manufaktur Indonesia mengakhiri triwulan pertama tahun ini di posisi tinggi, perusahaan meningkatkan produksinya untuk menanggapi masuknya pesanan baru paling kuat dalam survei selama satu dekade," kata Direktur Ekonomi IHS Markit Andrew Harker lewat keterangan resminya diterima di Jakarta, Kamis.

Andrew menyampaikan hasil positif tersebut mendukung harapan bahwa sektor industri menuju lintasan naik dengan cepat, yang sekaligus memperingatkan bahwa dampak pandemi COVID-19 dapat menyerang kembali kapan saja.

"Tanda-tanda tekanan pada kapasitas berarti bahwa ketenagakerjaan stabil pada Maret, dan jika tren beban kerja bertahan positif, kita dapat mengharapkan pertumbuhan ketenagakerjaan langsung dalam waktu dekat," ujat Andrew.

Dalam laporannya, IHS Markit menyebutkan bahwa ada tanda-tanda munculnya tekanan pada kapasitas yang mendorong perusahaan menstabilkan ketenagakerjaan.

Sementara itu, kenaikan biaya bahan baku dan gangguan rantai pasokan mendorong percepatan lebih lanjut pada laju inflasi harga input, tetapi perusahaan menaikkan harga jual mereka pada laju lebih rendah.

PMI Manufaktur RI pada Maret 2021 dengan angka 53,2 naik dibandingkan bulan sebelumnya yang angkanya berada pada 50,9. di mana indeks manufaktur April 2021 merupakan yang tertinggi sejak survei dimulai pada April 2011.

"Tercatat rekor perbaikan pada sektor kesehatan berkat pertumbuhan permintaan baru dan output, keduanya naik pada kisaran terbesar dalam periode survei satu dekade sejauh ini," ujar Andrew dalam keterangannya.

Selain itu, produksi naik selama lima bulan berturut-turut, yang berkaitan dengan ekspansi terbaru dan kenaikan permintaan baru.

Namun demikian, pandemi COVID-19 terus memengaruhi bisnis ekspor. Pesanan ekspor baru menurun selama enam belas bulan berturut-turut, meski pada laju lebih rendah sejak November lalu.

Perusahaan semakin percaya diri bahwa kenaikan output akan bertahan hingga tahun depan, dengan kepercayaan diri berbisnis mencapai posisi tertinggi pada 50 bulan.

Sumber: https://www.antaranews.com