Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mendesak Kementerian Perdagangan untuk segera menerapkan antidumping terhadap produk keramik dari China yang semakin membanjiri pasar domestik.

Ketua Umum Asaki Edy Suyanto mengatakan, impor dari China mesti ditahan dengan menambah besaran bea masuk. Sebab, impor keramik dari China telah mengganggu utilitas industri keramik.

"Kami berharap kebijakan antidumping oleh KADI bisa diimplementasikan segera paling lambat di kuartal kedua 2024 dengan besaran tambahan bea masuk minimal di atas 75%," kata Edy kepada Bisnis, dikutip Rabu (28/2/2024).

Untuk itu, pada tahun ini, Asaki meminta dukungan dan perhatian khusus dari Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) Kementerian Perdagangan berkaitan hasil penyidikan antidumping keramik impor dari China.

Edy mencatat tren angka impor keramik dari China semakin meningkat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini hingga defisit perdagangan lebih dari US$1,5 miliar.

"Selain kebijakan antidumping kami juga akan segera memproses perpanjangan safeguard untuk produk impor dari China, India dan Vietnam yang akan berakhir tahun ini," ujarnya.

Menurut dia, sejumlah faktor yang memengaruhi kenaikan impor keramik dari China seperti pengalihan pasar ekspor utama keramik yang sebelumnya ke Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah dan Meksiko akibat penerapan antidumping oleh negara-negara tersebut.

Selain itu, pasar properti domestik China yang stagnan menyebabkan pengalihan produk keramik ke Indonesia dengan harga yang tidak wajar atau dumping.

Di sisi lain, Edy menilai impor dari China meningkat lantaran semakin turunnya besaran safeguard keramik dari 15% menjadi 13% mulai Oktober 2023, sementara di satu sisi pemerintah China masih memberlakukan tax rebate 14%.

"Antidumping mampu membendung gempuran impor produk dari China seperti pengalaman dari keberhasilan negara-negara Eropa, USA, Meksiko, dan Timur Tengah yang telah menerapkan antidumping," pungkasnya.

Sumber: https://ekonomi.bisnis.com