Industri panel surya dalam negeri bakal kedatangan sejumlah investor baru. Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Fabby Tumiwa mengungkapkan bahwa ada sekitar 5-6 perusahaan yang hendak membenamkan investasinya untuk mengembangkan pabrik panel surya, baik yang terintegrasi (dari wafer silikon ke modul atau panel surya) maupun tidak terintegrasi (hanya modul atau panel surya).

“Paling tidak akan beberapa ada perusahaan dari China dan Amerika Serikat (AS),” kata Fabby kepada Kontan.co.id, Kamis (27/7).

Menurut perkiraan Fabby, total kapasitas produksi panel surya yang hendak dikembangkan oleh 5-6 perusahaan ini mencapai 7 gigawatt (GW) sampai 10  GW per tahun. Fabby belum mengantongi informasi seputar nilai investasi yang direncanakan.

Namun, menurut hitungan Fabby, kebutuhan investasi pengembangan pabrik modul surya yang terintegrasi bisa berkisar US$ 100 juta - US$ 150 juta per GW.

Adapun nama-nama perusahaan asing yang disebut hendak masuk dan mengembangkan pabrik panel surya di antaranya seperti Seraphim, Jolywood, dan Trina.  Proyeksi Fabby, fasilitas pabrik panel surya dari calon-calon investor bakal rampung dan bisa beroperasi pada akhir tahun 2024 atau awal 2025.

Sebab, beberapa dari perusahaan ini, sepengetahuan Fabby, sudah memburu atau bahkan membeli lahan untuk mendirikan pabrik. Lokasinya antara lain di Batam dan daerah lain seperti Jawa Tengah dan Jawa Barat.

“Tapi mungkin masih proses ya, maksudnya kan proses bayarnya juga butuh waktu. Pengurusan, apa namanya, pengalihan hak milik, apa segala macam itu kan harus ada dulu,” kata Fabby.

Selain nama-nama di atas, Xinyi Group yang namanya belakangan seliweran di pemberitaan media juga dikonfirmasi Fabby berkemungkinan membenamkan investasinya di Indonesia.

Informasi yang sampai ke Fabby, perusahaan asal kota kota Wuhu, China tersebut berencana mengembangkan fasilitas terintegrasi dari polisilikon hingga produksi sel surya.

Catatan saja, sebelumnya perusahaan yang kesohor di  industri kaca dan solar panel China itu baru saja disambangi oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, belum lama ini.

Seperti diberitakan Kontan.co.id (19/7) sebelumnya, Bahlil menyebut, kunjungan tersebut merupakan tindak lanjut atas rencana investasi Xinyi Group di Kawasan Rempang Eco-City yang terletak di Batam, Kepulauan Riau.

"Saya lihat Xinyi adalah salah satu pemain yang terbesar di dunia yang insyallah akan melakukan investasi di Indonesia, di Rempang," ujar Bahlil dalam keterangan resminya, Rabu (19/7).

Selain Xinyi, perusahaan asal Amerika Serikat (AS) SEG Solar Inc. bersama ATW Group (mitra Indonesia) sudah lebih dahulu memantapkan komitmennya untuk berinvestasi di Indonesia.

Komitmen tersebut ditandatangani saat Menteri Investasi/ Kepala BKPM Bahlil Lahadalia berkunjung ke Amerika Serikat, Jumat (23/6) waktu setempat.

Menurut rencana, SEG Solar melalui perusahaan joint venture-nya dengan ATW Group dari Indonesia akan membangun fasilitas manufaktur panel surya dan modul surya berkapasitas hingga 5 Giga Watt (GW)  di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Jawa Tengah. Rencana total nilai investasinya mencapai US$ 500 juta atau setara sekitar  Rp 7,5 trliun.

Penanaman modal tersebut diperkirakan bakal menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 2.000 tenaga kerja Indonesia.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Dadan Kusdiana, masih irit bicara ketika dimintakan konfirmasi soal nama-nama investor yang hendak masuk berikut detil perencanaan investasinya.

“Nanti ya detailnya, masih dalam pembahasan dan juga persiapan,” ujar Dadan.

Sumber: https://industri.kontan.co.id