American & Efird (A&E), produsen benang garmen asal Amerika Serikat, memperkuat jejaknya di Indonesia dengan rencana ekspansi kapasitas produksi dua kali lipat.

Pabrikan benang A&E Indonesia telah hadir sejak 2018 yang berlokasi di Sidoarjo, Jawa Tengah dengan nama PT Benang Amefird Indonesia (BAI).

Presiden A&E Chris Alt mengungkapkan bahwa Indonesia menjadi jaringan produksi dan pasar yang sangat penting bagi perusahaan. Untuk itu, awal tahun ini dirinya turun gunung untuk mengarahkan strategi pengembangan.

“Kami membangun tim di sini, kami mengorganisir untuk mengambil langkah berikutnya ke negara ini. Dan kenapa Indonesia? Ini adalah pasar yang sangat penting, yang telah kami hadapi selama ini,” kata Chris saat ditemui usai rapat kerja di Intercontinental Hotel Bandung, Jumat (10/1/2025).

Menurutnya, Indonesia bukan hanya pasar yang potensial untuk produk pakaian, tetapi juga memiliki posisi strategis di Asia, mengingat banyaknya volume ekspor pakaian ke AS.

Indonesia sempat merasakan booming sektor manufaktur pada 1980 sampai 2000 di tengah pertumbuhan konsumsi domestik dan upah pekerja yang masih murah.

Namun, sektor penyerap tenaga kerja ini cenderung berjalan di tempat 15 tahun terakhir. Terlihat dari kontribusi sektor manufaktur ke ekonomi yang bercokol di 20% per September 2024. Tidak jauh berbeda dari posisi 2010 di kisaran 22%.

JP Morgan dalam risetnya mencatat bahwa stagnasi ini dipengaruhi oleh kondisi industri yang berfokus pada sektor padat karya seperti tekstil, perkayuan dan tembakau. Upah pekerja yang makin tinggi cenderung mengurangi daya saing di sektor-sektor tersebut.

Berangkat dari kelemahan ini, JP Morgan berpandangan bahwa Indonesia perlu bertransisi ke sektor manufaktur berbiaya rendah hingga berteknologi tinggi untuk mendukung nilai tambah. Industri penghiliran nikel disebut-sebut menjadi peluang bagi Indonesia untuk kembali meningkatkan kontribusi manufakturnya.

Potensi pertumbuhan industri manufaktur Indonesia masih sangat besar, tetapi tantangan juga ada di depan mata. Peningkatan daya saing di pasar internasional menuntut efisiensi dan inovasi dari industri dalam negeri.

Meski demikian, dukungan kebijakan, infrastruktur yang memadai, serta akses energi yang terjangkau akan menjadi pondasi kuat bagi industri manufaktur dalam menghadapi persaingan global.

Data BPS menunjukkan, pada triwulan III-2024 industri manufaktur menyumbang 17,18 persen terhadap PDB, atau naik dari 16,70 persen di triwulan sebelumnya. Hingga Oktober 2024, industri manufaktur Indonesia masih tampil sebagai pilar utama perekonomian.

Industri manufaktur Indonesia harus disiapkan menjadi bagian dari pemasok kebutuhan global. Indonesia harus masuk ke dalam sistem perdagangan dunia dan mengikuti kebutuhan manufaktur dunia, hingga akhirnya mampu menjadi bagian dari supply chain global.

Kementerian Perindustrian dan Kementerian Ketenagakerjaan sepakat untuk saling bersinergi dan mendukung kebijakan pengembangan industri manufaktur nasional.

Kedua kementerian melakukan pertemuan untuk membahas sektor-sektor industri yang sedang rentan terhadap tekanan dari dinamika politik dan ekonomi global saat ini, serta sektor-sektor industri yang mempunyai potensi tumbuh lebih tinggi ke depannya.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita bersama dengan Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli mengaku bahwa pertemuan tersebut, membuahkan kesepakatan yakni memacu penambahan lapangan kerja, dan atensi khusus untuk meningkatkan produktivitas pekerja di Indonesia.

"Bahkan, kami telah memetakan dari 40 perusahaan yang menyerap tenaga kerja terbanyak di Indonesia, termasuk sektor mana yang menjadi ujung tombak dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia," kata Menperin Agus, dalam pernyataannya yang dikutip Selasa 7 Januari 2025.

Pemerintah sedang menyiapkan revisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor.  Industri Petrokimia sangat menantikan perubahan aturan yang selama ini mempermudah impor masuk ke pasar lokal.

Sementara itu, Sekjen Asosiasi Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan, Permendag Nomor 8 Tahun 2024 serta beberapa kemudahan lainnya telah memukul habis-habisan industri tekstil nasional selama ini.

Ia bilang,  serbuan impor yang merangsek sektor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) menimbulkan tantangan di industri petrokimia hulu nasional. Pasalnya, Industri TPT merupakan salah satu sektor pengguna produk hasil industri petrokimia hulu, termasuk industri aromatik.

Aktivitas industri manufaktur di tanah air kembali menunjukkan geliat positif pada penghujung tahun 2024. Ini tecermin dari hasil survei yang dirilis oleh S&P Global, memperlihatkan capaian Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada bulan Desember berada di fase ekspansif, yakni sebesar 51,2 atau naik signifikan dibanding bulan November yang mengalami kontraksi di level 49,6.

“Alhamdullilah, industri manufaktur kita kembali rebound setelah lima bulan berturut turut mengalami kontraksi sejak Juli 2024. Hal ini sejalan dengan laporan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Desember 2024, yang sudah dirilis sebelumnya oleh Kemenperin, menampilkan IKI Desember masih bertahan pada posisi ekspansi, yaitu sebesar 52,93,” kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis (2/1).