Seorang Bapak dan anaknya yang masih kecil akan pergi jauh dengan membawa keledainya. Mereka membawa ransel-ransel yang berisi bekal perjalanan dan diletakkan di atas punggung keledai.
Anaknya berjalan di depan dan bapaknya di belakang keledai sambil membawa cemeti.
Dalam perjalanan, mereka berjumpa dengan seseorang yang duduk di pinggir jalan.
Ia bertanya, “Mengapa kamu berjalan? Naikilah keledaimu, sehingga kamu tidak lelah. Keledai memang binatang yang dipergunakan untuk mengangkut barang dan manusia.” Maka mereka berdua melompat ke atas punggung binatang itu.
Salah seorang polisi menyetop mereka dan berkata, “Salah seorang turun, sebelum saya menahan kamu karena kamu menyiksa binatang!” Lalu Bapak melompat turun dan anaknya tetap tinggal di atas punggung keledai.
Alkisah, di sebuah desa kecil, hidup dua orang pemuda yang sama-sama ingin mengubah nasibnya. Suatu hari, mereka memutuskan pindah ke kota. Namun karena kurang keterampilan dan pendidikan, mereka kesulitan mencari pekerjaan.
Ketika hampir putus asa, kedua pemuda ini menemukan tumpukan kayu bekas yang dibuang begitu saja oleh penduduk setempat. Mendapati tumpukan kayu itu, mereka langsung mengolah kayu itu menjadi aneka macam barang—perkakas dapur, almari kecil, hiasan rumah, dan lain sebagainya. Sebab, memang itu satu-satunya keahlian yang mereka miliki. Lalu, mereka pun pergi ke pasar untuk menjual karya mereka.
Rupanya, banyak orang yang menyukai hasil karya mereka. Maka, hanya dalam waktu relatif singkat, dengan modal yang tak seberapa, mereka bisa mendapatkan hasil yang lumayan untuk menyambung hidup mereka.
Hari demi hari mereka lalui dengan cara yang sama. Hingga, suatu kali, salah satu dari mereka mengeluh bosan menjalani hidup yang begitu-begitu saja.
Setiap makhluk yang hadir di dunia, pasti diciptakan dengan kelebihan dan manfaat masing-masing. Sebab, Sang Pencipta telah menurunkan kebaikan dan keberkahan di setiap ciptaanNya. Bahkan, bagi mereka yang kurang menyadari dan sibuk mengutuki diri sendiri karena merasa tak punya apa-apa dan tak bisa apa-apa, sebenarnya ia pasti punya bakat dan kelebihan. Syaratnya semua sama. Bakat dan kelebihan itu hanya akan muncul jika digali, dikembangkan, dipupuk, disirami, dan dimaksimalkan dengan perjuangan habis-habisan.
Dalam kisah-kisah berlatar belakang silat, baik di negara Tiongkok maupun Jawa, serta legenda lainnya, ada banyak pendekar sakti yang memiliki kelebihan berupa kekuatan, baik berupa kemampuan beladiri yang ampuh, tenaga dalam yang luar biasa, hingga kemampuan mempesona orang dengan berbagai kemampuannya. Orang-orang zaman dahulu, bahkan dikenal punya kekuatan lebih yang bisa digunakan untuk membasmi musuh.
Namun, di balik semua itu, entah berupa legenda atau kisah nyata, semua kelebihan pasti didapat dengan perjuangan. Mulai dari bertapa, berpuasa, hingga melakukan berbagai ritual yang pasti juga perlu proses yang tak kalah beratnya.
Dikisahkan, ada seorang bapak tua sedang mengunjungi anaknya di kota. Suatu sore, saat senggang, dia berjalan-jalan di seputar perumahan. Tiba-tiba terdengar bunyi suara yang menyakitkan telinga tuanya.
Mengikuti arah suara yang mengganggu itu ke sumbernya, tampak seorang anak kecil sedang belajar bermain biola. “Ngiiik!! Ngook!! Ngiik!! Ngokk!” Untuk pertama kalinya si bapak tahu tentang alat musik bernama biola dimainkan. Bapak itu berpikir, “Aku tidak ingin lagi mendengar suara yang mengerikan seperti itu.”
Hari lainnya, si bapak kembali mendengar suara yang mendayu-dayu membelai telinga tuanya. Dengan penasaran, diikutinya sumber suara merdu yang belum pernah didengarnya selama ini. Sesampainya di sana, bapak tua itu pun terperangah melihat seorang wanita tua, sang maestro, sedang memainkan sonata dengan biolanya. Diam-diam dia di sana, ikut menikmati alunan musik yang indah.
Seketika itu, bapak tua menyadari kesalahannya. Suara yang tidak mengenakkan telinga yang didengarnya dulu bukan lah merupakan kesalahan dari alat musiknya dan bukan pula salah si anak yang memainkannya. Suara mengerikan itu hanyalah proses belajar dan berlatih seorang anak untuk bisa memainkan alat musik biolanya dengan baik.
Tak ada sukses besar tanpa dimulai dari yang kecil-kecil. Jangan remehkan prestasi kecil, karena di sanalah kita dipupuk untuk mencapai hasil-hasil lebih besar.
Semua terbentuk melalui proses. Dan, sayangnya, justru banyak orang yang lebih melihat sisi besarnya dibandingkan proses yang terjadi sebelumnya. Akibatnya, tak sedikit orang yang melihat kesuksesan orang lain dari kacamata besaran yang diraih—materi, jabatan, uang, kehormatan, dan hal besar lain—tanpa melihat lebih jauh bagaimana semua itu diperoleh.
Istilah the rising star atau bintang yang melesat kegemilangannya dengan cepat menjadi satu hal yang didamba banyak orang. Sukses pun sebisa mungkin dicapai dengan cara cara yang instan. Akibatnya, sukses yang bisa diraih pun rapuh. Jika tak waspada, mudah sekali untuk jatuh!
Pepatah Tiongkok Kuno mengatakan, perjalanan ribuan mil dimulai dari satu langkah. Ini sebenarnya adalah “fondasi dasar” yang harus bisa kita miliki untuk meraih impian. Ada berbagai hal/proses kecil yang harus kita jaga konsistensinya untuk menjadi “kekuatan awal” terjadinya sukses besar yang kita dambakan.
Tubuh kita sebenarnya punya detektor paling canggih bernama hati nurani. Hampir setiap saat, kita punya intuisi berupa “suara hati” yang kerap muncul dalam berbagai momen. Saat-saat harus menentukan pilihan yang sulit, saat-saat akan melakukan hal yang tidak benar, suara itu akan menguat. Hanya saja, kadang kita kerap melewatkan begitu saja “bisikan-bisikan” itu. Sehingga, tak jarang, kita menyesal telah memutuskan sesuatu yang di masa depan ternyata berdampak kurang mengenakkan.
Lalu, apa dan bagaimana baiknya kita bersikap saat mendengar suara hati? Pilihan apa yang harus diambil saat nurani sudah bicara? Kebiasaan-kebiasaan kecil ini semoga bisa membantu kita untuk makin peka terhadap bisikan dari dalam diri.
Lihat wajah ke cermin saat mendengar suara hati, ketika harus menentukan apakah maju terus atau mundur dengan sebuah pilihan. Lihat perbedaan wajah saat kita berkata iya dan berkata tidak terhadap pilihan tersebut. Pilihan yang terbaik biasanya akan terlihat dari perbandingan wajah mana yang lebih cerah terhadap keputusan itu. Misalnya, saat ternyata iya membuat wajah lebih cerah, bisa jadi pilihan itu adalah yang terbaik.
Page 14 of 32