Pada suatu hari, ada sepuluh petani yang sedang berjalan di ladang. Mereka dikejutkan oleh guntur badai yang sangat keras, dan mereka pun bersembunyi di kuil yang kondisinya sudah setengah hancur.

Guntur itu terus mendekat dan makin besar sehingga menimbulkan kegemparan di sekitar kuil.

Semua orang gemetar ketakutan sementara petir terus-menerus menerangi sekeliling kuil.

Mereka berpikir bahwa pasti ada pendosa di antara mereka yang disambar petir.

Untuk mencari tahu siapakah pendosa itu, mereka semua setuju untuk menggantung topi jerami di pintu dan topi yang terhempas jatuh menjadi pertanda bahwa itu adalah takdir akhir hidup si pemilik topi.

Tak lama setelah mereka menggantung topi jerami di luar, salah satu topi itu terhempas tersambar petir.

Melihat hal itu, yang lainnya mendorong pemilik topi yang sial itu keluar pintu tanpa rasa kasihan.

Akan tetapi, tak lama setelah si pemilik topi meninggalkan kuil itu, petir berhenti menyambar sekitar kuil.

Dia menjadi orang yang paling berbudi di antara mereka karena berkat dia petir tidak menyambar kuil itu.

Akhirnya, sembilan petani lainnya harus membayar kekejaman mereka dengan nyawanya.

    Lebih mudah melihat kesalahan orang lain daripada melihat kesalahan diri sendiri. Koreksi diri sendiri terlebih dahulu sebelum mengoreksi orang lain.

Sumber: https://iphincow.com