Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya menjaga produktivitas dan daya saing industri makanan dan minuman (mamin) sebagai kontributor terbesar terhadap sektor industri pengolahan nonmigas pada kuartal II/2021.
Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing industri mamin di Tanah Air. Misalnya, menjaga ketersediaan bahan baku dan memfasilitasi pemberian insentif fiskal. Pada kuartal II-2021, industri mamin tercatat tumbuh positif di angka 2,95 persen.
“Industri mamin selama ini telah membawa dampak positif yang luas bagi perekonomian nasional, seperti peningkatan nilai tambah melalui hilirisasi, penerimaan devisa dari investasi dan ekspor hingga penyerapan tenaga kerja yang sangat banyak,” kata Putu dalam siaran pers, Sabtu (7/8/2021).
Direktorat Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Muhammad Khayam mengingatkan bahwa industri refraktori merupakan salah satu sektor strategis karena produksinya untuk menopang kebutuhan berbagai manufaktur lainnya.
“Hasil dari industri refraktori ini umumnya digunakan sebagai pelapis untuk tungku, kiln, insinerator, dan reaktor tahan api pada industri semen, keramik, kaca dan pengecoran logam,” kata Khayam pada acara penandatanganan MoU Program D1 Keramik dan D1 Refraktori secara virtual, Selasa.
Khayam optimistis apabila industri refraktori ini tumbuh berkembang dan memiliki performa gemilang, akan mendukung kinerja sektor industri pengolahan nonmigas, khususnya kelompok industri bahan galian nonlogam.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita memproyeksi kinerja manufaktur pada dua kuartal terakhir tahun ini akan melanjutkan tren positif.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis kinerja industri pengolahan nonmigas tumbuh 6,91 persen secara tahunan pada kuartal II/2021.
"Kementerian Perindustrian memprediksi pada kuartal III/2021 pertumbuhan manufaktur akan berkisar 3-4 persen dan kuartal IV/2021 akan mencapai 4-5 persen," katanya dalam jumpa media virtual, Kamis (5/8/2021).
Agus menyebut proyeksi tersebut telah mempertimbangkan dampak dari sejumlah tekanan dari varian Delta saat ini.
Menurutnya, Purchasing Manager’s Index (PMI) atau PMI IHS Markit periode Juli telah menunjukkan level kontraksi di angka 40,1 setelah 8 bulan ekspansif. Meski, Agus mengakui pada bulan sebelum pandemi perolehan PMI juga pernah kontraksi.
Kementerian Perindustrian optimistis Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia membaik kembali seiring membaiknya indikator Covid-19.
IHS Markit hari ini melaporkan PMI Manufaktur periode Juli 2021 anjlok ke level 40,1 pasca delapan bulan berturut-turut mencatatkan level ekspansif di atas poin 50.
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri mengatakan saat ini Kemenperin mengakui memang ada penurunan utilisasi industri sejak lonjakan Covid-19 dan pemberlakuan PPKM. Menurut hasil pemantauan di lapangan, penurunan produksi terutama terjadi pada industri kategori esensial karena berkurangnya pekerja yang diperbolehkan bekerja.
"Namun, kami optimis bahwa utilisasi industri tersebut akan meningkat kedepan seiring dengan membaiknya indikator Covid-19 yakni kasus positif menurun, BOR menurun dan positivity rate menurun," katanya kepada Bisnis, Senin (2/8/2021).
Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam menyampaikan bahwa industri keramik masuk sektor kritikal saat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) karena pembangunan infrastruktur publik masih tetap berjalan.
"Selama PPKM, pembangunan infrastruktur publik masih tetap berjalan. Oleh karena itu, Kemenperin mengelompokkan industri keramik sebagai sektor kritikal yang dapat terus beroperasi 100 persen selama masa PPKM," kata Khayam melalui keterangannya di Jakarta, Rabu.
Hal itu disampaikan Khayam saat memonitor langsung penerapan protokol kesehatan dan IOMKI di industri keramik. Sebab, industri keramik merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam memasok kebutuhan pembangunan infrastruktur dan properti.
Plt Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika mengatakan utilisasi industri makanan dan minuman (mamin) tetap tinggi, bahkan mencapai 89 persen meski di tengah pandemi.
Ia mengatakan saat meninjau PT Unilever Indonesia (Walls Factory) dan Mondeléz Indonesia (pabrik biskuit Oreo dan Ritz) kemarin. utilisasi kedua perusahaan selama masa pandemi sama-sama menyentuh di angka kisaran 89 persen.
Artinya, kata dia, produktivitas tetap berjalan baik dan justru permintaannya semakin meningkat, baik di pasar domestik maupun mancanegara.
“Dengan adanya SE Menperin, kami juga ingin memastikan kebutuhan pokok masyarakat dapat terpenuhi,” ujar Putu melalui keterangan tertulis, Sabtu.
Page 108 of 126