Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia (GPFI) memproyeksikan serapan bahan baku obat produksi dalam negeri bakal naik dengan adanya dorongan belanja pemerintah.
Direktur Eksekutif GPFI Elfiano Rizaldi mengatakan hal itu lantaran obat jadi dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tinggi akan menjadi prioritas dibeli dalam pengadaan pemerintah. Sementara itu, penggunaan bahan baku obat (BBO) yang diproduksi di dalam negeri akan meningkatkan TKDN menjadi di atas 50 persen.
"Di dalam e-catalogue tersebut sudah ada persyaratan TKDN sehingga ada prioritas untuk digunakan. Kami sedang menunggu implementasinya saja," kata Elfiano saat dihubungi Bisnis, Rabu (6/4/2022).
Industri alas kaki yang sempat tertekan penyebaran Covid-19 varian Omicron, kini telah membaik utilitas kapasitas produksinya.
Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakrie mengatakan selain terpicu permintaan lebaran, perbaikan produksi juga didorong wacana pembelajaran tatap muka 100 persen.
"Sekarang [utilitas kapasitas produksi] sudah membaik, apalagi kemarin pemerintah sudah membolehkan mudik, aktivitas membaik, sebagian besar sekolah juga mulai mau tatap muka 100 persen," kata Firman kepada Bisnis, Jumat (1/4/2022).
Namun demikian, di awal bulan ini, industri sepatu juga ikut tertekan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 11 persen. Firman mengatakan selama pandemi, harga-harga sudah mengalami lonjakan sehingga otomatis harga jual juga sudah terkerek di level konsumen.
Suplai bahan baku susu dari dalam negeri yang saat ini hanya mencapai 21 persen ditargetkan meningkat hingga 40 persen dalam empat tahun mendatang.
Kementerian Perindustrian mencatat kebutuhan bahan baku susu sepanjang tahun lalu mencapai 4,1 juta ton setara susu segar.
Dari jumlah tersebut, hanya 0,86 juta ton yang bisa dipasok dari dalam negeri. Adapun sisanya sebesar 3,3 ton masih harus didatangkan melalui impor.
Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengatakan masih terbuka lebar peluang pengembangan bahan baku susu. Tetapi, tantangan produktivitas peternak dan kemitraan dengan korporasi juga menanti.
Setiap tahunnya, industri pengolahan susu melakukan pembelian dari peternak sapi perah rakyat senilai lebih dari Rp5,1 triliun. Nilai tersebut bakal meningkat dua kali lipat jika pasokan domestik dapat dikerek hingga 40 persen.
Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia mengalami perbaikan tipis menjadi 51,3 pada Maret 2022 dibandingkan posisi Februari 51,2.
Menurut data terkini IHS Markit yang kini berada di bawah S&P Global, produksi dan pesanan baru terus naik pada bulan lalu, meski tingkat pertumbuhannya melambat di tengah dampak gangguan terkait pandemi yang masih ada. Permintaan asing juga melambat di tengah laporan hambatan pengiriman.
Tingkat ketenagakerjaan naik untuk mendukung kenaikan persyaratan produksi. Meski hanya marginal, tingkat lapangan kerja meningkat tajam dalam kurun waktu hampir tiga tahun.
"Meski kenaikan output dan pesanan baru melambat menghadapi dampak Covid-19 yang masih ada, kepercayaan bisnis meningkat tajam di antara perusahaan manufaktur di tengah gelombang virus terkini yang mereda. Sangat penting untuk mengamati apakah sentimen positif berarti pertumbuhan produksi yang lebih baik pada bulan-bulan mendatang," kata Jingyi Pan, Economics Associate Director IHS Markit, Jumat (1/4/2022).
Meski purchasing managers' index (PMI) manufaktur pada Maret 2022 masih berada di jalur perlambatan, aktivitas produksi akan terpacu kenaikan permintaan jelang Lebaran.
Kementerian Perindustrian mencatat PMI manufaktur Indonesia pada bulan lalu sebesar 51,3 mampu melampaui capaian sejumlah negara, antara lain Korea Selatan (51,2), Malaysia (49,6), China (48,1), Rusia (44,1), serta di atas rata-rata Asean (50,8).
Capaian pada bulan lalu diketahui mengalami kenaikan tipis dari Februari yang sebesar 51,2. "Kami terus menjaga dan memacu agar sektor industri dapat berproduksi dengan baik dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, terutama pada bulan Ramadan dan Lebaran yang permintaannya akan meningkat," kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta, Jumat (1/4/2022).
Geliat konsumsi dan perubahan pola belanja ke pesan-antar menjadi katalis pertumbuhan industri kemasan selama masa pandemi. Hal itu juga terjadi pada kemasan kertas.
Menurut catatan Federasi Kemasan Indonesia, kemasan kertas dan karton cukup mendominasi pasar kemasan tahun lalu, yakni sebesar 28 persen dari total nilai Rp102 triliun hingga Rp105 triliun.
Realisasi tersebut tumbuh 4 persen hingga 5 persen. Adapun selain kemasan kertas, pertumbuhan pasar kemasan juga dikontribusikan oleh plastik kaku 18 persen, dan sisanya terdiri atas gelas, metal, dan sebagainya.
Direktur Eksekutif Federasi Kemasan Indonesia Henky Wibawa mengatakan pertumbuhan pasar kemasan kertas tahun ini diperkirakan akan sejalan dengan ekspansi industri packaging secara keseluruhan pada tahun ini, yakni di angka 4 persen hingga 5 persen.
Page 93 of 136