Pemulihan ekonomi nasional yang dibarengi dengan bergeliatnya aktivitas pembangunan diproyeksi akan mengerek permintaan kabel listrik pada 2022 hingga 20 persen.
Asosiasi Perusahaan Kabel Listrik Indonesia (Apkabel) mencatat utilitas kapasitas produksi kabel listrik pada tahun lalu membaik ke angka 60 persen berkat kenaikan permintaan pada kuartal terakhir.
Ketua Umum Apkabel Noval Jamalullail mengatakan dengan proyeksi pertumbuhan permintaan sebesar 20 persen pada tahun ini, utilitas diharapkan terkerek hingga 70 persen hingga 75 persen.
"Harapannya tahun ini Omicron dan pandemi tidak mengganggu, sehingga pertumbuhan ekonomi bisa kembali normal," kata Noval kepada Bisnis, Rabu (12/1/2022).
Produksi mobil listrik di Indonesia tahun ini diprediksikan akan meningkat. Sejumlah produsen mobil listrik telah mengambil ancang-ancang untuk memasarkan produknya di Indonesia.
Pengamat otomotif Bebin Djuana mengungkapkan, tahun 2022 akan sangat menarik untuk dicermati. Peningkatan pembelian terhadap mobil listrik akan terasa sekali.
Hal tersebut karena setiap merek akan berlomba mengeluarkan produknya, baik itu produk jenis Electric Vehicle (EV) ataupun Hybrid.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi, terdapat peningkatan populasi kendaraan listrik di Indonesia. Saat ini jumlahnya sudah sekitar 14.400 unit.
Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) memproyeksikan volume produksi industri tekstil hulu akan tumbuh menjadi 1,9 juta ton pada tahun ini.
Sekjen APSyFI Redma Gita Wirawasta mengatakan angka tersebut tumbuh dari volume produksi sebelum pandemi pada 2019 sebesar 1,82 juta ton, dengan rincian 630.000 ton serat polyester, 600.000 ton rayon, dan 590.000 ton benang filament.
"[Volume produksi] Akan bisa balik lagi ke 2019, bahkan akan sedikit lebih tinggi, minimal 5 persen dari sebelum pandemi," kara Redma kepada Bisnis, Selasa (11/1/2022).
Redma mengatakan pertumbuhan volume produksi pada tahun ini dipengaruhi pasar domestik yang sudah mulai bergeliat dengan mobilitas yang lebih longgar dibandingkan dengan tahun lalu. Kinerja industri pada 2021 juga diperkirakan tumbuh sekitar 1 persen setelah terkontraksi tiga kuartal berturut-turut.
PT Pupuk Indonesia (Persero) mencapai target produksi pupuk tahun 2021. Total realisasi produksi pupuk BUMN tersebut mencapai 12,235 juta ton di 2021 atau setara 100,01% dari rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) yang ditetapkan 12.234.000 ton.
Direktur Produksi Pupuk Indonesia, Bob Indiarto mengatakan bahwa total produksi pupuk yang mencapai 12,235 juta ton ini terdiri dari Urea sebesar 7,967 juta ton, NPK sebesar 3,169 juta ton, SP-36 sebesar 325,13 ribu ton, ZA sebesar 759,1 ribu ton, ZK sebesar 14.024 ton.
"Pencapaian ini berkat kerja keras para insan Pupuk Indonesia Grup yang selalu menjaga pabrik agar beroperasi secara optimal," kata Bob dalam keterangannya Rabu (5/1/2022).
Adapun, total realisasi produksi pupuk ini berasal dari PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT Pupuk Kujang Cikampek, PT Pupuk Kaltim, PT Pupuk Iskandar Muda.
Kementerian Perindustrian memproyeksikan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) akan tumbuh 5 persen pada tahun ini, setelah tak bisa mengoptimalkan ekspansi di 2021 karena pandemi dan pembatasan ketat.
Direktur Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian Elis Masitoh mengatakan bahwa peningkatan investasi dan ekspor akan menjadi motor pertumbuhan industri pada tahun ini.
“Juga demikian dengan demand di dalam negeri sudah mulai membaik dengan sekolah tatap muka, kantor mulai masuk, dan mal, serta wisata mulai normal,” kata Elis kepada Bisnis, Selasa (11/1/2022).
Adapun, sepanjang 2021 Elis memprediksi realisasi pertumbuhan akan sebesar 1,37 persen. Angka tersebut naik dari proyeksi pada awal 2021 sebesar 0,93 persen, terdorong perbaikan kinerja dan kondisi pasar pada kuartal terakhir 2021.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengapresiasi capaian Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia sebesar 53,5 pada Desember 2021 yang melampaui PMI Manufaktur negara-negara ASEAN di antaranya Thailand (50,6), Filipina (51,8), Vietnam (52,2), dan Malaysia (52,8).
Bahkan, angka yang dilansir IHS Markit tersebut menunjukkan bahwa PMI manufaktur RI mampu unggul terhadap PMI Manufaktur Korea Selatan (51,9), Rusia (51,6), dan China (49,9).
“Kami mengapresiasi kepercayaan para pelaku industri manufaktur yang masih tinggi. Bahkan, mereka tetap optimistis pada tahun ini seiring dengan tekad pemerintah dalam menjalankan berbagai kebijakan strategis untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangannya di Jakarta, Senin.
Page 91 of 126