Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meyakini kinerja produksi industri alas kaki akan sepenuhnya pulih pada tahun ini.

Hal itu sejalan dengan proyeksi Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) yang menyebut bahwa produksi alas kaki akan kembali ke angka 1,2 miliar pasang pada 2022.

Direktur Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian Elis Masitoh mengatakan bahwa akan ada banjir pesanan ke industri alas kaki dalam negeri pada tahun ini dan 2023. Tahun ini, salah satu brand menambah order 67 juta pasang, dan akan bertambah lagi pada tahun depan.

“Tahun depan tambah 100 juta pasang, ini baru dari salah satu brand besar yang menguasai 60 persen ekspor industri. Brand lain juga sedang menambah ordernya ke Indonesia,” katanya kepada Bisnis, Selasa (4/1/2022).

Industri makanan dan minuman, subsektor pengolahan susu menjadi salah satu yang berkinerja moncer pada tahun ini.

Kementerian Perindustrian mencatat adanya pertumbuhan pelaku industri pengolahan susu dalam tiga tahun terakhir yakni, 76 pada 2019, 80 pada 2020, dan meningkat menjadi 84 pada 2021.

Dirjen Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan penambahan jumlah industri tersebut sejalan dengan investasi senilai Rp9,6 triliun sepanjang 2021, salah satu yang terbesar di industri mamin.

"Yang banyak investasinya di industri pengolahan susu, Rp9,6 triliun pada 2021 dengan penambahan jumlah industri," kata Putu dalam konferensi pers, Rabu (29/12/2021).

Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) memproyeksikan volume produksi sepatu akan pulih ke 1,2 miliar pasang pada tahun ini setelah dua tahun berturut-turut mengalami penurunan.

Direktur Eksekutif Aprisindo Firman Bakrie memperkirakan volume produksi pada tahun lalu berkisar 750 juta hingga 800 juta pasang, sedikit membaik dibandingkan dengan capaian 2020.

"Kalau tanpa Omicron, saya optimistis bisa sampai 1,2 miliar pasang lagi [tahun ini]," kata Firman saat dihubungi, Selasa (4/1/2022).

Sementara itu, kinerja ekspor pada tahun lalu mengalami akselerasi yang cukup signifikan terutama di tiga bulan terakhir. Kinerja ekspor yang moncer bahkan mampu menyaingi serapan ke pasar domestik. Firman memperkirakan, dari volume produksi 750 juta hingga 800 juta pasang pada tahun lalu, 500 juta diantaranya terserap ke pasar ekspor, dan sisanya ke pasar domestik.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu industri pengolahan dan pemurnian (smelter) sejalan dengan kebijakan hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam di dalam negeri sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo yang akan menghentikan ekspor bahan mentah minerba secara bertahap.

“Bapak Presiden Jokowi menekankan kita akan setop ekspor bahan mentah nikel, kemudian tahun depan untuk bauksit, selanjutnya tembaga, emas, dan timah. Artinya, kita harus mendirikan industri smelternya di Tanah Air dalam rangka meningkatkan nilai tambah raw material tersebut,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangannya di Jakarta, Selasa.

Kepala Negara didampingi sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju, antara lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menperin Agus meresmikan pabrik smelter bijih nikel PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) yang berlokasi di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Acara peresmian tersebut digelar di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

Catatan Akhir Tahun

Perjalanan pembangunan sektor industri manufaktur sejak memasuki awal 2021 masih diwarnai dengan gejolak dan tantangan akibat pandemi COVID-19.

Dengan situasi tersebut, perjuangan bangsa Indonesia dalam membangun industri manufaktur yang berdaulat, mandiri, berdaya saing, dan inklusif menghadapi tantangan yang tidak mudah.

Meski demikian industri manufaktur Indonesia tetap memainkan peranan penting, bahkan sebagai penggerak dan penopang utama bagi perekonomian nasional.

Dalam sebuah kesempatan Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dengan tegas menyatakan bahwa sektor industri manufaktur merupakan sektor pendorong utama bagi Indonesia untuk keluar dari resesi.

Kementerian Perindustrian konsisten mendorong pengembangan industri pengolahan buah, termasuk untuk menghasilkan produk minuman, yang sejalan dengan kebijakan hilirisasi industri guna meningkatkan nilai tambah komoditas dalam negeri sekaligus mendukung program substitusi impor.

“Kebijakan hilirisasi yang telah dicanangkan Kemenperin, bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan memperkuat struktur industri, menumbuhkan populasi industri, serta menciptakan lapangan kerja dan peluang usaha,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardikalewat keterangan resmi diterima di Jakarta, Minggu.

Putu mengemukakan Indonesia sebagai negara tropis, punya potensi besar dalam upaya pengembangan industri berbahan baku buah seperti minuman sari buah, produk buah dalam kaleng, manisan buah, selai dan lain-lain.