Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menilai Indonesia akan mampu menguasai industri mobil listrik global di masa mendatang. Pasalnya, Indonesia memiliki sumber baterai listrik dari turunan nikel.

“Setahu saya sumber biaya yang paling mahal dari mobil listrik soal komponen baterai listrik. Karena satu ini kita punya daya saing,” kata Tauhid, seperi dikutip Kamis (18/11/2021).

Pemerintah telah membentuk PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) yang merupakan gabungan dari PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero)/Inalum alias MIND ID, anak usahanya ANTM, Pertamina dan PLN.

Selain itu, kata dia, pemerintah sudah memiliki roadmap infrastruktur mobil listrik. “PLN sudah punya stasiun pengisian listrik umum itu akan dibangun sampai tahun berapa, itu kan berarti infrastruktur dasarnya kita sudah punya,” katanya.

Sejumlah tantangan siap menguji target pertumbuhan manufaktur tahun depan yang dipatok 5–5,5 persen. Tahun ini sendiri, pertumbuhan manufaktur ditarget dapat naik 4,5–5 persen.

Peneliti di Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef Ahmad Heri Firdaus mengatakan, tantangan utama untuk meraih target pertumbuhan yang telah ditetapkan adalah harmonisasi kebijakan di semua lini yang melibatkan berbagai kementerian dan lembaga.

Upaya penghiliran industri dengan menyetop ekspor sejumlah barang mentah tambang, misalnya, harus ditindaklanjuti dengan upaya penguatan sektor hilir, baik dari segi kesiapan tenaga kerja, infrastruktur, logistik, dan skema perdagangan internasional yang menguntungkan industri dalam negeri.

“Banyak faktor yang memengaruhi berada di luar domain [Kementerian] Perindustrian, misalnya untuk urusan bahan baku, energi, infrastruktur, dan tenaga kerja,” kata Andry kepada Bisnis belum lama ini.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan sektor otomotif berkontribusi besar dalam meningkatkan keyakinan berusaha di Indonesia, yang tercermin dari angka purchasing managers' index (PMI) manufaktur Indonesia pada Oktober 2021 yang memecahkan rekor sepanjang sejarah Indonesia, yaitu 57,2.

"Keyakinan para pelaku industri ini didorong adanya pemberian relaksasi pajak barang mewah ditanggung pemerintah (PPnBM-DTP) yang telah memberikan dampak signifikan pada pemulihan sektor industri otomotif, sehingga meningkatkan kepercayaan dari pelaku industri," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat memberikan keynote speech pada Gaikindo International Automotive Conference secara daring, Selasa.

Kebijakan PPnBM-DTP ini memberikan dampak positif kepada berbagai sektor. Misalnya, pertumbuhan industri alat angkutan yang pada triwulan III 2021 menunjukkan angka sangat memuaskan, yaitu mencapai 27,84 persen. Pertumbuhan dua digit dicetak oleh industri alat angkut selama dua triwulan berturut-turut.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan industri otomotif termasuk yang sangat kencang pertumbuhannya, yang terlihat dari pertumbuhan industri alat angkutan yang mencapai 27,84 persen pada triwulan III 2021.

"Pertumbuhan dua digit ini dicetak oleh industri alat angkutan selama dua triwulan berturut-turut. Saya mengapresiasi sektor ini sangat kencang pertumbuhannya," kata Menperin Agus pada pembukaan Gaikindo Indonesia International Motor Show (GIIAS) 2021 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Kamis.

Menperin juga menyebutkan angka penjualan dari industri otomotif ikut melesat. Pada perode Januari-September 2021, penjualan ritel mencapai 600.344 unit atau meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 407.390 unit.

Capaian pertumbuhan ekspor industri manufaktur sepanjang tahun ini tak lepas dari pengaruh eksternal yang mendatangkan limpahan order untuk pelaku usaha dalam negeri.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan hal itu mengindikasikan naiknya kepercayaan pasar internasional pada industri dalam negeri.

"Saya mendapat laporan bahwa order-order dari luar negeri makin kencang ke Indonesia," kata Agus di Jakarta, Senin (15/11/2021).

Agus mengatakan hal itu terlihat pada beberapa sektor industri yang mengalami kenaikan ekspor, misalnya otomotif yang pengapalan completely built-up (CBU)-nya naik 30 persen.

Meski masih berada di level kontraksi pada kuartal III/2021, kinerja industri tekstil menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan dua triwulan sebelumnya.

Direktur Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian Elis Masitoh mengatakan bahwa industri tetap dapat meningkatkan kinerjanya, meski di tengah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

“Pada triwulan ketiga tahun ini sudah mulai meningkat atau sudah lebih kecil kontraksinya. Padahal, kita tahu bahwa di triwulan tiga terjadi PPKM di berbagai daerah di Jawa dan Bali,” kata Elis kepada Bisnis, Selasa (9/11/2021).

Adapun, pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi pada tiga kuartal tahun ini berturut-turut, yakni -13,28 persen, -4,54 persen, dan -3,34 persen.