Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menanggapi usulan pengusaha tekstil untuk penurunan tarif listrik untuk sektor padat karya.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyebutkan Kemenperin dalam hal ini akan menindaklanjuti usulan tersebut. Menurut Agus, langkah penindaklanjutan usulan ini merupakan salah satu langkah yang dilakukan oleh Kemenperin agar penurunan kinerja industri tekstil tidak semakin dalam.

"Salah satu langkah untuk menyelamatkan industri TPT adalah menindaklanjuti usulan insentif keringanan pembayaran listrik untuk industri yang disampaikan melalui persuratan oleh API [Asosiasi Pertekstilan Indonesia] kepada Direktur Utama PT PLN," tutur politisi Partai Golkar tersebut dalam keterangannya, dikutip Senin (26/6/2023).

Kementerian Perindustrian terus memperkuat sinergi dan kolaborasi berbagai pihak dalam mengembangkan sentra industri kecil dan menengah (IKM) di berbagai daerah. Pengembangan sentra IKM melalui revitalisasi kawasan sentra yang telah ada, bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pelaku IKM sekaligus menjadi salah satu upaya memompa tingkat perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut.

“Kami berharap seluruh fasilitas dan dukungan peningkatan daya saing untuk pelaku usaha IKM, baik yang bersumber dari anggaran Dana Alokasi Khusus, ataupun APBN, APBD, dan sumber pembiayaan lainnya dapat berkontribusi positif dan nyata bagi peningkatan perekonomian,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, di Jakarta, Senin (19/6).

Sebagai upaya mendorong pertumbuhan dan perkembangan IKM, Ditjen IKMA Kemenperin memiliki berbagai macam program dan kegiatan peningkatan daya saing bagi para pelaku usaha IKM.

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menanggapi kabar mengenai pemerintah yang akan menganggarkan Rp252 miliar untuk restrukturisasi mesin industri tekstil dan produk tekstil (TPT) tahun depan.

Ketua Umum API Jemmy Kartiwa Sastraatmadja menyebutkan pelaku industri saat ini belum mendengar kabar yang menurutnya cukup mencengangkan ini. Terlebih pada 2023, anggaran untuk restrukturisasi mesin hanya mencapai Rp4,7 miliar, jauh dari angka Rp252 miliar.

Dengan demikian menurutnya, angka Rp252 tentu akan sangat membantu industri tekstil yang tengah mengalami keterpurukan baik di pasar domestik maupun global.

“Saya justru kaget dan baru dengar hari ini Rp252 miliar itu sangat besar sekali. Kalau bisa betul-betul Rp252 miliar untuk restrukturisasi mesin itu saya berbahagia sekali,” tutur Jemmy kepada Bisnis.com baru-baru ini, dikutip pada Senin (26/6/2023).

Di tengah penurunan investasi di sektor tekstil Indonesia, investor asing dari Korea Selatan dan Taiwan masih tetap loyal untuk berinvestasi di sektor ini.

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Ignatius Warsito menyebutkan pada kuartal I/2023 sektor TPT masih dilirik oleh investor asing, dengan perbandingan penanaman modal asing (PMA) yang lebih dominan dibandingkan penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Mayoritas investor asing di sektor tekstil berasal dari Korea Selatan dan Taiwan.

“Investasi tekstil kuartal/I 2023 ini sebenarnya naik lebih banyak PMA-nya,” tutur Warsito kepada Bisnis di Kompleks Parlemen, beberapa waktu lalu.

Melihat dari data investasi dalam laman National Single Window for Investment (NSWI) BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), PMA tekstil pada kuartal I/2023 tercatat sebesar US$74,34 juta atau setara dengan Rp1,10 triliun (dengan kurs Rp14.892).

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi perlambatan kinerja industri tekstil dan produk tekstil (TPT) akibat kondisi ekonomi dunia serta serbuan produk impor asal China.

"Kebijakan-kebijakan yang ditempuh dalam rangka pengamanan pasar dalam negeri yang akan diambil, diharapkan dapat meminimalisasi dampak dari resesi global terhadap ekonomi nasional berupa penurunan permintaan dan menjaga pasar dalam negeri dari serangan barang asal impor khususnya dari Tiongkok," kata Menperin dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Menperin mengungkapkan situasi ekonomi global, utamanya kawasan Eropa dan negara tujuan ekspor lainnya berdampak pada kinerja industri TPT nasional yang memiliki tujuan utama ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa.

Nilai ekspor sektor alas kaki nasional pada Mei 2023 sebesar US$600,8 juta tercatat mengalami peningkatan sebesar US$157,9 juta atau naik 35,66 persen dibandingkan US$442,9 juta pada April tahun yang sama.

Padahal sebelumnya industri alas kaki masih belum menjajaki pertumbuhan karena penurunan ekspor yang mendera sejak pertengahan tahun lalu.

Bahkan pada Mei 2023, kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali terjadi di sektor ini, dilakukan oleh perusahaan produsen Puma yang berorientasi ekspor di Tangerang, kepada 600 karyawannya.

Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Budiarto Tjandra menyebutkan peningkatan ekspor yang terhitung secara m-t-m ini karena pada April lalu sektor alas kaki terhitung mengantongi pesanan luar negeri yang sepi.