Para pelaku industri makanan dan minuman menilai penurunan Purchasing Manager's Index (PMI) Indonesia per Februari 2021 tidak mencerminkan kinerja produsen saat ini. IHS Markit melaporkan perolehan PMI manufaktur Indonesia periode Februari tercatat 50,9 lebih rendah dari periode Januari 52,2.
Meski masih di level ekspansif tetapi angka tersebut tidak menunjukkan laju pertumbuhan setelah PMI yang terus terungkit selama 4 berturut-turut.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan kondisi produksi di pabrik mamin awal tahun ini sudah mulai berkapasitas penuh untuk mengejar stok Ramadan dan Lebaran. "Memang PMI ada sektor lain mungkin sektor lain agak kurang tetapi Mamin cukup bagus," katanya kepada Bisnis, Senin (1/3/2021).
Meski demikian, Adhi mengemukakan industri mamin juga saat ini menghadapi tantangan kenaikan harga bahan baku yang sampai dua kali lipat dari kondisi normal.
Namun, produsen mengaku tidak akan melakukan penyesuaian harga mengingat tingkat konsumsi belum sepenuhnya pulih. Dari sisi logistik, pengiriman jarak jauh masih mengalami kendala, tetapi untuk jarak dekat sudah terpantau lancar.
Adhi pun meramal kuartal I/2021 industri mamin akan tumbuh baik yang didorong persiapan Lebaran. Sebelumnya, Adhi juga memproyeksi PMI berada di atas level 50,0 selama kuartal I/2021. Hal tersebut diduga disebabkan oleh masa persiapan bulan Ramadan 2021 yang jatuh pada April 2021.
Adapun, kapasitas produksi industri mamin biasanya meningkat hingga 30 persen pada masa persiapan menghadapi Ramadan. Adhi menilai hal tersebut akan menjaga angka PMI nasional tetap berada di atas level 50,0 sepanjang kuartal I/2021. "Dengan catatan tidak ada gejolak-gejolak baru, atau pandemi ini stabil, bahkan menurun," ucapnya. Seperti diketahui, pandemi Covid-19 membuat pabrikan mamin gagal meningkatkan kapasitas produksinya menuju Ramadan 2020.
Sumber: https://ekonomi.bisnis.com