Kementerian Perindustrian memacu investasi pengolahan aspal, silika, dan ilmenit, yang salah satunya dengan menyusun peta jalan hilirisasi aspal Buton (asbuton) dengan tujuan mengoptimalkan utilisasi, akses pasar, dan peningkatan kapasitas.

"Salah satunya yaitu melalui investasi pabrik ekstraksi asbuton menjadi aspal murni dan pengembangan kapasitas pabrik asbuton murni yang diharapkan kapasitas produksi sebesar 500.000 ton pada tahun 2027, dengan kebutuhan investasi sebesar Rp4 triliun," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangannya di Jakarta, Rabu.

Menperin mengemukakan pihaknya juga akan memperkuat rantai nilai industri pengolahan silika sebagai bahan baku industri photovoltaic (PV) solar panel dan semikonduktor.

"Rantai nilai industri ini masih ada kekosongan atau belum tersedianya industri pada industri hulu dan antara. Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan investasi pada rantai tersebut," tuturnya.

Dalam upaya menumbuhkan industri pengolahan silika, lanjut Agus, Indonesia memerlukan peningkatan investasi di industri metalurgical-silicon sebesar 300 juta dolar AS dengan kapasitas produksi 32.000 metrik ton per tahun.

Selanjutnya, dibutuhkan juga investasi di sektor industri polysilicon sebesar 373 juta dolar AS dengan kapasitas produksi mencapai 6.500 metrik ton per tahun.

"Selain itu, kebutuhan investasi di industri ingot monocrytalline dan wafer sebesar 85 juta dolar AS dengan kapasitas 1 GWP per tahun. Terkait dengan rencana investasi tersebut, diusulkan pembatasan ekspor bahan baku mentah silika melalui neraca komoditas serta percepatan investasi industri intermediate," paparnya.

Menperin menambahkan Kemenperin juga akan memperkuat rantai nilai industri pengolahan ilmenit untuk bahan baku cat atau coating.

"Ilmenit merupakan mineral krisis hasil produk samping pengolahan timah, zirkon dan pasir besi yang mengandung logam sangat berharga, yaitu titanium," imbuhnya.

Untuk mendukung pelaksanaan larangan ekspor bahan mentah termasuk ilmenit pada Juni 2023, menurut Agus, perlu adanya investasi pengolahan ilmenit yang diestimasi mencapai 85,8 juta dolar AS untuk memproduksi titanium slag dengan kapasitas 33 ribu ton per tahun.

"Nantinya diolah menjadi TiO₂ white pigment dengan kapasitas 33 ribu ton per tahun sebagai produk hilir yang kebutuhan di dalam negeri sedang tinggi," terang Menperin.

Sumber: https://www.antaranews.com