BUMN holding industri pertambangan, Mind ID, mendorong peningkatan kolaborasi mitra strategis dari industri manufaktur guna memperkuat produk mineral Indonesia.
Direktur Utama Mind ID, Hendi Prio Santoso, menyampaikan pentingnya kolaborasi dengan mitra strategis untuk mendorong hilirisasi yang lebih terintegrasi, dari industri bahan baku hingga manufaktur. Selain dapat memperkuat nilai tambah, hal ini akan memberi multiplier effect ekonomi yang lebih progresif dalam menuju masa depan Indonesia Emas 2045.
“Sebagai holding tambang, kami memiliki tanggung jawab besar untuk mengelola sumber daya alam Indonesia secara berkelanjutan. Namun, upaya kami dalam hilirisasi sejauh ini baru sampai pada tahap menyediakan bahan baku industri. Kami berharap mitra industri manufaktur dapat mengambil peran lebih besar dalam pengembangan industrialisasi lanjutan, sehingga ekosistem industri ini mampu memberikan nilai tambah yang optimal bagi bangsa,” ujar Hendi dalam RDP dengan Komisi VII DPR RI, Kamis (19/12).
Grand Batang City berhasil menarik 28 perusahaan untuk membangun basis produksi di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) dengan nilai investasi mencapai Rp18,7 triliun menjelang akhir 2024.
Direktur Utama Kawasan Industri Terpadu Batang Ngurah Wirawan menyatakan 28 perusahaan tersebut tersebar di area seluas 400 hektare yang tengah dikembangkan oleh KITB pada tahun ini.
“Dari total lahan seluas 4.300 hektare, kami sudah membuka lahan seluas 400 hektare pada tahun ini. Tahun depan [2025] kami buka lagi lahan seluas 250 hektare dan selanjutnya di tahun-tahun berikutnya bertahap,” ujarnya dalam acara Editor Circle Kawasan Industri Terpadu Batang, Minggu (15/12/2024).
Ngurah menyebutkan cadangan lahan KITB saat ini mencapai 3.100 hektare dan yang sudah dimanfaatkan total sebanyak 1.500 hektare.
Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menyatakan bahwa industri besi dan baja Indonesia khususnya produk crude steel telah menempati posisi ke 5 dunia pada tahun 2023 dengan produksi sebesar 16,85 juta ton, naik sebesar 87% dibandingkan tahun 2019.
Hal tersebut diungkapkan Faisol dalam kegiatan pameran terpadu seminar tahunan baja terbesar di Indonesia bertajuk “Iron-Steel Summit & Exhibition Indonesia 2025 (ISSEI)”.
Menurut dia, saat ini, kapasitas produksi crude steel nasional berada di angka 21 juta ton dan ditargetkan meningkat menjadi 27 juta ton pada tahun 2029. Di saat bersamaan semua pelaku industri dan pemerintah, termasuk besi dan baja, secara perlahan bertahap tapi pasti, harus mendorong penerapan prinsip industri hijau serta mempercepat adopsi teknologi rendah karbon, seperti hydrogen-based steelmaking.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa tak hanya Indonesia saja yang memiliki target pertumbuhan ekonomi di angka 8%.
Pasalnya, menurut dia, beberapa negara juga sudah menargetkan pertumbuhan ekonomi di angka 8%. Salah satunya adalah negara tetangga, yakni Vietnam.
"Tantangan ke depan, Bapak Presiden (Prabowo Subianto) berharap Indonesia bisa tumbuh di angka 8%. Beberapa negara sudah menargetkan di angka 8%, termasuk tetangga kita Vietnam dan sekarang mereka bisa mencapai di angka sekitar 7%, sehingga tentu ini menjadi tantangan," kata Airlangga di Jakarta, Selasa (10/12).
Kendati demikian, Airlangga menyebut bahwa target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% bukanlah hal mustahil. Lantaran, pertumbuhan ekonomi di angka 8% ini pernah Indonesia capai pada era 90-an.
Kemeterian Perindustrian fokus terhadap upaya pengembang sektor jasa industri penopang manufaktur nasional agar tumbuh optimal sebagai penggerak perekonomian nasioal dengan target 7-8% per tahun. Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8% dengan kontribusi sektor industri manufaktur sebesar 21,9%.
“Pengembangan jasa industri harus dikembangkan bukan hanya sebagai pendukung, tetapi sebagai penggerak utama yang dapat mendukung efisiensi, produktivitas dan keberlanjutan industri nasional,” ujar Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza dalam Launching Roadmap Pengembangan Jasa Industri Tahun 2025 – 2045 di Jakarta, Selasa (17/12).
Wamenperin mengatakan, jasa industri dinilai mampu menunjang kegiatan sektor industri pengolahan dan sektor lainnya untuk memberikan kontribusi terhadap nilai Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. “Berdasarkan perhitungan Kemenperin, jasa industri non-C diperkirakan berkontribusi sebesar 3,06% terhadap PDB nasional. Kontribusi yang signifikan ini mendorong pentingnya menyusun strategi dan program yang bertujuan menjaga dan meningkatkan kontribusinya dalam perekonomian nasional,” ujar Faisol.
Target pertumbuhan ekonomi yang patok pemerintah sebesar 8% hingga lima tahun kedepan menjadi tantangan yang cukup besar di tengah ketidakpastian situasi global saat ini, termasuk salah satunya pada sektor industri. Apalagi bila mengejar pertumbuhan ekonomi hanya mengandalkan mesin konsumsi rumah tangga semata. Saat ini, jika melihat struktur pertumbuhan ekonomi, konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi 51%.
Direktur Eksekutif The Institute for Development of Economics and Finance, Esther Sri Astuti mengatakan, untuk mencapai target 8%, tidak mungkin hanya mengandalkan konsumsi semata."Tetapi harus mengaktifkan mesin ekonomi dari investasi, ekspor dan pengeluaran pemerintah," tegasnya.
Namun, saat ini, masalah yang harus diatasi pemerintah terlebih dahulu adalah daya beli masyarakat yang melemah. Pelemahan daya beli ini dinilai berisiko menghambat pertumbuhan ekonomi."Oleh karena itu, daya beli masyarakat yang lemah ini juga harus menjadi pertimbangan pemerintah, tidak hanya dengan mencapai target pertumbuhan ekonomi, tapi daya beli melemah," ujar Esther.
Page 15 of 130