Kementerian Perindustrian (Kemenperin) ingin memperkuat daya saing dan kemandirian industri alat kesehatan dalam negeri. Langkah ini menjadi bagian penting dari upaya mewujudkan ketahanan sektor kesehatan nasional.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Setia Diarta mengungkapkan langkah ini penting untuk mengurangi ketergantungan impor, menarik investasi, serta membuka peluang lapangan kerja baru di sektor industri manufaktur.

Pemerintah berkomitmen mempercepat penguatan ekosistem industri alat kesehatan nasional, mulai dari hulu hingga hilir. Langkah ini juga sebagai bagian dari program prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, serta komitmen dari Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

“Ke depannya, kami berharap industri alat kesehatan nasional mampu berdaya saing secara global. Hal ini akan menjadikan Indonesia sebagai negara yang mandiri dan modern, sebagai bagian dalam upaya mewujudkan visi Indonesia Emas 2045,” kata Setia dalam keterangan resmi yang disiarkan Kamis (5/6).

Industri alat kesehatan merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan dalam peta jalan (roadmap) Making Indonesia 4.0. Adapun fokus utama dari peta jalan ini adalah pengembangan industri yang berbasis inovasi, teknologi digital, dan efisiensi rantai pasok.

“Artinya, industri alat kesehatan memiliki peranan penting sebagai sektor strategis yang diarahkan untuk memperkuat substitusi impor dan meningkatkan kemandirian. Dengan dukungan teknologi manufaktur cerdas dan otomatisasi, industri ini diharapkan mampu menjadi tulang punggung dalam penyediaan alat kesehatan berkualitas,” imbuh Setia.

Selain mendukung untuk substitusi impor, Kemenperin juga memacu industri alat kesehatan nasional berorientasi ekspor ke pasar regional dan global. Beberapa produk unggulan alat kesehatan seperti hospital furniture, jarum suntik, dan alat diagnostik dalam negeri telah mulai menembus pasar ASEAN dan Timur Tengah.

Di sisi lain, untuk meningkatkan kemampuan industri alat kesehatan nasional, diperlukan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan terkait seperti Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Tujuannya agar produk alat kesehatan dalam negeri lebih mendapat prioritas dalam e-Katalog pengadaan barang dan jasa pemerintah.

Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kemenperin, Solehan, menyampaikan apresiasi langkah konkret Kemenkes yang telah meningkatkan pembelian produk lokal hingga mencapai 48% di e-Katalog sektoral kesehatan pada tahun 2024 dari sebelumnya 8% pada tahun 2019. 

Kemenperin juga tengah mereformasi tata cara penghitungan dan penerbitan sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebagai bagian dari upaya jangka panjang memperkuat industri nasional melalui peningkatan penggunaan produk dalam negeri. Reformasi ini dilakukan agar kebijakan TKDN menjadi lebih adaptif, transparan, dan memberikan manfaat optimal bagi pelaku industri dalam negeri. 
Produksi CT Scan Kalbe Farma

Terkait daya saing industri kesehatan nasional, Kemenperin pun mengapresiasi kerja sama yang dijalin antara PT GE HealthCare dengan PT Forsta Kalmedic Global selaku anak perusahaan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) untuk memproduksi Computed Tomography (CT) scan. Fasilitas produksi ini berlokasi di pabrik Forsta, Bogor, Jawa Barat.

Solehan berharap ke depannya industri ini dapat meningkatkan kedalaman struktur produknya melalui sourcing bahan baku dan komponen lokal secara bertahap sesuai dengan guidance principal dari GE Healthcare Amerika Serikat. Investasi ini diharapkan dapat mendukung pengembangan ekosistem alat kesehatan di Indonesia.

"Selain itu, kami juga berharap kolaborasi ini dapat lebih memacu industri untuk mengembangkan produknya ke arah yang lebih advance seperti produksi Magnetic Resonance Imaging (MRI) yang saat ini juga masih impor,” ungkap Solehan.

Presiden Direktur Kalbe Farma, Irawati Setiady mengungkapkan, kemitraan strategis dengan GE HealthCare untuk menyediakan mesin CT scan secara lokal ini merupakan komitmen Kalbe dalam mendukung upaya pemerintah mewujudkan ketahanan kesehatan dan kemandirian industri alat kesehatan dalam negeri. 

Sebagai informasi, CT scan merupakan salah satu alat kesehatan diagnostik yang sering digunakan di dunia medis karena kemampuan yang terperinci untuk berbagai penyakit. Penyediaan mesin CT scan ini termasuk 10 besar alat kesehatan yang diprioritaskan untuk diproduksi secara lokal karena saat ini masih dipenuhi oleh produk impor.

Direktur Forsta, Yvone Astri Della Sijabat menjelaskan kapasitas produksi terpasang CT scan ini sebesar 52 unit per tahun, dengan proyeksi kebutuhan mencapai 306 unit hingga tahun 2027.

"Membangun fasilitas produksi CT scan di dalam negeri menjadi penting untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang lebih luas dan dapat menciptakan peluang kerja baru,” ungkap Yvone.

Presiden & CEO GE HealthCare International Elie Chaillot menyampaikan, fasilitas produksi ini akan membantu perusahaan merespons kebutuhan lokal dengan lebih cepat. Langkah ini dilakukan sambil mempertahankan standar kualitas dan keamanan internasional.

“Lini produksi ini meningkatkan akses ke teknologi diagnostik canggih, menciptakan lapangan kerja bernilai tinggi, dan mendukung pengembangan tenaga kerja teknologi kesehatan Indonesia,” tandas Elie. 

Sumber: https://industri.kontan.co.id