Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebutkan pemberdayaan Industri Kecil Menengah (IKM) yang memiliki daya saing dapat memperkuat struktur industri nasional.
Direktur Jendral (Dirjen) Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita, di Bandarlampung, Selasa, mengatakan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian mengamanatkan kepada Ditjen IKMA untuk melakukan pemberdayaan IKM yang berdaya saing.
"Kemudian IKM tersebut diharapkan dapat memperkuat struktur industri nasional. Dimana IKM dapat ekspor serta membuka peluang kesempatan kerja," kata dia.
Untuk mewujudkan hal tersebut, lanjutnya, dilakukan perumusan kebijakan penguatan kapasitas kelembagaan serta pemberian fasilitas. Dalam rangka program penguatan IKM, kata dia, Kemenperin fokus pada pengembangan sentra IKM yang tersebar di seluruh Indonesia.
Kementerian Perindustrian konsisten mendukung sektor industri manufaktur melakukan transisi ke energi hijau atau terbarukan yang berkelanjutan sebagai bagian dari langkah kebijakan energi demi menjaga keberlangsungan peradaban.
"Dalam hal ini, Kemenperin mengharapkan kerja sama lintas sektor untuk menyatukan langkah dalam melakukan transformasi ini," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangannya di Jakarta, Rabu.
Menperin menyampaikan hal itu kala membuka acara Cut The Tosh Collaboration Summit yang diinisiasi PT Multi Bintang Indonesia.
Karena itu, Kemenperin terus mengakselerasi pertumbuhan ekonomi berbasis industri hijau melalui efisiensi sumber daya alam dan penerapan circular economy, serta pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) seperti biofuel, biomass, dan refuse-derived fuel (RDF).
Kementerian Perindustrian aktif memfasilitasi pelaku industri kecil dan menengah (IKM) untuk ikut serta dalam pameran berskala internasional, guna menembus pasar ekspor.
"Keikutsertaan IKM di pameran internasional menjadi kesempatan besar bagi mereka untuk mampu mempelajari langsung strategi dalam menembus atau memperluas pasar ekspornya," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangannya di Jakarta, Sabtu.
Oleh karena itu, pelaku IKM perlu mengetahui selera dan kebutuhan konsumen luar negeri, standar kualitas produk, dan persyaratan legalitas ekspor.
"Dengan mereka ikut dalam pameran internasional, akan bisa memperluas jejaring komunikasi bisnis dengan para calon pembeli dan investor," ujar Agus.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat tingkat utilisasi industri di Tanah Air pada September 2022 mulai meningkat menuju kondisi sebelum pandemi Covid-19.
Kepala Biro Humas Kris Sasono Ngudi Wibowo mengatakan tingkat utilisasi industri pada September 2022 sebesar 69,5 persen. Sementara itu, tingkat utilisasi industri sebelum pandemi adalah 76,3 persen.
"Utilisasi industri September 2022 mulai meningkat menuju kondisi pra-pandemi, yaitu sebesar 69,5 persen dengan tingkat utilisasi pra-pandemi yang mencapai 76,3 persen," kata Kris kepada Bisnis, Selasa (18/10/2022).
Dia menjelaskan industri penghasil bahan baku/penolong, seperti industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia serta industri logam, memiliki tingkat utilisasi yang cukup tinggi pada September 2022.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut sektor industri keramik telah mencatatkan investasi Rp17,7 triliun pada semester I tahun 2022.
"Penambahan investasi ini diharapkan akan semakin memperkuat aliran rantai pasok industri keramik nasional yang juga sejalan dengan program subtitusi impor guna mengoptimalkan sumber daya produksi dalam negeri,” kata Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangannya di Jakarta, Kamis.
Hal itu disampaikan saat memberikan sambutan secara virtual pada acara Temu Usaha Industri dan Puncak Memperingati 100 Tahun Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Keramik dan Mineral Nonlogam.
Kalangan ekonom memperkirakan pasar domestik bakal menjadi tulang punggung sektor manufaktur RI seiring dengan terjadinya pelemahan ekspor nonmigas dan impor bahan baku/penolong periode September 2022.
Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekspor nonmigas ke Uni Eropa pada September 2022 turun sebesar 21,47 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) dengan nilai US$1,80 miliar.
Tidak hanya di Uni Eropa, pada periode yang sama penurunan nilai ekspor nonmigas juga terjadi di kawasan Asean, yakni sebesar 6,46 persen secara bulanan dengan nilai US$4,44 miliar.
Penurunan itu beriringan dengan anjloknya impor bahan baku/penolong sebesar 11,07 persen secara bulanan. Padahal, kontribusi nilai impor bahan baku/penolong mencapai 77,14 persen terhadap total impor.
Page 64 of 126