Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat kinerja industri petrokimia yang merupakan salah satu sektor prioritas tetap tumbuh positif di tengah pandemi Covid-19.

Menurut Kemenperin, kinerja industri petrokimia tetap tumbuh positif dengan utilisasi 95 persen karena termasuk industri yang mampu mensubstitusi produk impor.

Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) mencatat, sebanyak 55 persen bahan baku produk petrokimia masih impor. Menurut Inaplast dampak pandemi terhadap industri petrokimia, hanya terjadi pada tiga bulan pertama, setelah itu industri mampu recovery.

Kinerja positif tersebut juga ditunjukan oleh perusahaan petrokimia milik negara, PT Tuban Petrochemical Industries (TubanPetro) dan anak usaha. Berbagai rencana pengembangan bisnis TubanPetro Group, tetap berjalan on the track.

Kementerian Perindustrian terus mendorong inovasi produk industri dalam negeri agar dapat dioptimalkan, baik dari sisi produktivitasnya maupun pemasarannya. Hal ini sejalan dengan program Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) dan substitusi impor.

“Jadi, tugas pemerintah itu selain untuk mengawal produknya sampai jadi, termasuk mulai dari proses dan rekayasanya, juga dapat menciptakan market-nya,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita seusai mendampingi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat mengunjungi PT Yogya Presisi Teknikatama Industri (PT YPTI) di Sleman, Yogyakarta, yang dikutip dari siaran pers Kemenperin, Kamis (20/5).

Agus menjelaskan, pengoptimalan penggunaan produk industri dalam negeri bisa dimulai dari anggaran belanja kementerian dan lembaga. Selain itu, pemerintah juga membuka fasilitas sertifikasi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) untuk memberikan kepastian legalitas terkait kandungan nilai produk dalam negeri.

Kalangan dunia usaha optimistis kuartal II/2021 sektor manufaktur akan bangkit dari kontraksi dan mulai mencatatkan pertumbuhan positif.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan industri pengolahan nonmigas kuartal I/2021 minus 0,71 persen. Namun secara kuartalan, angka itu sudah menunjukkan perbaikan dari kuartal IV/2020 yang minus 2,22 persen.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan dengan berbagai indikasi yang telah ada saat ini manufaktur akan bergerak lebih baik.

Salah satunya PMI April yang menunjukkan level ekspansif di posisi 54,6 dan diproyeksi akan berlanjut pada Mei karena merupakan periode konsumsi tinggi masyarakat dengan adanya Ramadan dan Lebaran.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan indikator yang berkaitan dengan sektor industri manufaktur tahun ini sudah mengalami titik yang positif.

"Kalau kita lihat per hari ini saja, semua indikator yang berkaitan dengan sektor industri manufaktur itu sudah mengalami titik yang positif," kata Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita usai kunjungan kerja ke Sekolah Menengah Kejuruan-Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMK-SMTI) Yogyakarta di Yogyakarta, Rabu.

Misalnya, lanjut Menperin, Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur pada April 2021 sudah mencapai 54,6 poin dan menjadi yang tertinggi dalam sejarah Republik Indonesia sejak IHS Markit sebagai lembaga survei mengeluarkan PMI manufaktur.

Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang resmi menerima tenant pertamanya pada Kamis (20/5/2021). Perusahaan kaca asal Korea Selatan, KCC Glass Corporation, bakal menjadi pabrik kaca terbesar di Asia Tenggara.

Dilaporkan, KCC Glass Corporation bakal menanamkan investasi sebesar Rp5 triliun. Apabila telah beroperasi secara penuh, 1.300 orang tenaga kerja akan mampu diserap pabrik tersebut.

Chief Executive Officer (CEO) KCC Glass Corporation, Nae-Hoan Kim, yakin bahwa pemilihan Batang sebagai lokasi pabrik pertamanya di luar negeri bakal membawa sejumlah keuntungan. Hal tersebut disampaikannya ketika meresmikan peletakan batu pertama pembangunan pabrik tersebut.

“[Lokasinya] tepat di balik gunung dan menghadap air, [lokasi ini menurut kepercayaan Korea] akan membawa energi dan kesejahteraan bagi generasi ke generasi,” jelas Kim dalam sambutannya.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menilai kinerja industri manufaktur telah tumbuh dengan baik dalam 6 bulan terakhir.

“Kita patut bersyukur kinerja industri pengolahan nonmigas menguat dan tumbuh positif dalam 6 bulan terakhir,” katanya, Minggu (16/5/2021).

Agus memparkan manufaktur memang masih menunjukkan angka kontraksi, yaitu minus 0,71 persen tetapi angka tersebut berada di atas angka pertumbuhan ekonomi sebesar minus 0,74 persen.

Kemudian, angka Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia per April tahun 2021 mencetak rekor angka tertinggi sepanjang sejarah yaitu 54,6. Sejalan dengan PMI, utilisasi industri pengolahan nonmigas pada Maret 2021 sebesar 61,3 persen meningkat dibanding dua bulan sebelumnya.