Pendidikan formal dan informal adalah bekal kehidupan yang tak bisa dipisahkan. Dengan pendidikan yang baik dan benar, kesuksesan sejati bisa kita dapatkan.
Saat kita masih anak-anak dan duduk di bangku sekolah, kita menghadapi banyak ujian, yang mengacu pada kemampuan dan pemahaman kita terhadap materi yang diajarkan. Ada yang lulus, ada yang tertahan. Lalu, ada suka dan ada pula duka bagi yang belum mendapatkan nilai sesuai standar. Belum berhenti di sana. Setelah lulus pun, seorang pelajar masih harus “bertarung” untuk mendapatkan sekolah yang didambakan. Ada yang ke SMP, SMU, hingga perguruan tinggi. Di sinilah ajang kompetisi kehidupan masa remaja dimulai. Yang mendapatkan sekolah favorit, tentu merasa bahagia. Sebaliknya, yang belum mendapat yang diharap, pasti timbul kekecewaan.
Namun, apakah semua “berhenti” pada titik tersebut? Tentu tidak. Pendidikan—sebagaimana pembelajaran—harus berjalan seumur hidup. Tentu, levelnya akan berbeda-beda. Pada masa remaja, pendidikan yang diutamakan adalah pendidikan dengan basis pembelajaran sebagaimana yang diajarkan dalam berbagai mata studi di sekolah. Bekal tersebut adalah modal dasar untuk menempuh jenjang pendidikan berikutnya. Yang berarti, jika ditekuni, bekal pendidikan dasar tersebut akan bermanfaat di kemudian hari.
Tetapi, di samping pendidikan formal dengan ilmu ajaran sesuai kurikulum, ada satu nilai pendidikan yang tak boleh kita lupakan. Yakni, pendidikan karakter dan mentalitas pribadi. Dahulu, kita dikenalkan dengan pendidikan budi pekerti, yang kemudian saat ini banyak berubah dalam berbagai versi. Dari pendidikan moral, agama, hingga berbagai pendampingan untuk memastikan murid yang berwatak positif. Sebenarnya, inilah salah satu bekal utama dalam menjalani kehidupan. Sebab, sebagai makhluk sosial, kita akan saling terhubung satu sama lain. Dalam kondisi tersebut, karakter seseorang bisa menjadi penentu dalam sukses tidaknya bersosialisasi. Yang ujungnya, sukses tidak pula dalam menjalankan kehidupannya.
Dalam kondisi tersebut, maka pendidikan formal dan pendidikan karakter, menjadi kekuatan yang saling mengisi untuk meraih kesuksesan sejati. Tak salah, jika mendiang Nelson Mandela berkata pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia. Dan, seperti yang dikatakan pula oleh mendiang Presiden John. F. Kennedy, anak-anak yang tidak terdidik adalah anak yang tersesat.
Di sinilah pentingnya pendidikan dari berbagai sisi harus dilengkapi. Saya yang berpendidikan SD tidak tamat, mencoba mengisinya dengan selalu membaca. Berbagai jenis buku dari berbagai latar belakang penulis dari berbagai negara menjadi “teman belajar” yang tak pernah saya lewatkan. Hampir setiap kali datang ke tempat-tempat baru yang saya kunjungi kali pertama adalah toko buku. Sebab, saya merasa, dengan buku, banyak ilmu yang bisa saya manfaatkan untuk meraih kesuksesan dalam kehidupan.
Di sisi lain, dalam pergaulan sehari-hari pun, kita terus mengasah bagaimana harus bersikap dan bertindak. Baik dari pengalaman pribadi atau berkaca dari sikap dan tindak tanduk orang lain. Dari bersosialisasi dan pergaulan inilah, kita dapat menyaring mana sikap dan karakter yang patut kita teladani, mana pula yang sebaiknya kita buang. Tentu, untuk menyaring ini pun, kita seharusnya juga mendapatkan “saringan” yang tepat. Salah satunya, dari pendidikan karakter yang ditanamkan di lingkungan terdekat, baik di sekolah maupun keluarga. Pada titik ini, contoh nyata menjadi hal utama yang patut kita perhatikan bersama. Jika contoh nyata yang dilihat baik, maka “saringan” yang didapat pun akan cenderung menjadi baik.
Untuk itu, dalam melihat sukses tidaknya seseorang di masa kini ataupun masa depan, sejatinya bisa dilihat dari bagaimana pendidikan yang diterapkan. Harus ada evaluasi menyeluruh terkait nilai-nilai pendidikan yang diberikan, khususnya jika dianggap saat ini hasil yang diperoleh belum seperti yang diharapkan. Atau, harus pula kita lihat apakah sukses—yang saat ini banyak dikaitkan dengan nilai materi—benar-benar diperoleh dengan karakter yang baik dan benar, atau sebaliknya, menyimpang?
Mari, mengevaluasi pada diri kita masing-masing. Sudah maksimal dan benarkan pendidikan yang kita pelajari selama ini? Atau, sudah baikkah ajaran yang kita dapat untuk kita praktikkan dalam kehidupan? Harapannya jelas. Jika sudah dijalankan dengan baik dan benar—terlepas dari hasilnya saat ini dan di masa depan nanti—percayalah, sukses sebenarnya sudah kita tanamkan bibitnya pada jalan hidup yang kita jalani. Kebaikan, kejujuran, kedisiplinan, ketaatan, nilai moralitas, nilai keteladanan, nilai unggul sebagai pribadi yang berTuhan, akan mengantarkan kita jadi pemenang sejati dalam kehidupan kehidupan ini.
Salam sukses, luar biasa!!!
Sumber: https://andriewongso.com