Seorang pria yang tidak lulus ujian masuk universitas, dinikahkan orang tuanya. Untuk mendapat penghasilan, ia pun melamar menjadi guru sekolah dasar dan mulai mengajar.
Karena tidak punya pengetahuan mengajar, belum sampai satu minggu mengajar ia sudah dikeluarkan.
Setibanya di rumah, sang istri menghapuskan air matanya, menghiburnya dengan berkata: “Banyak ilmu dalam otak, ada orang yang bisa menuangkannya, ada pula yang tidak bisa. Tidak perlu bersedih karena hal ini. Mungkin ada pekerjaan lain yang lebih cocok sedang menantimu.”
Kemudian ia melamar dan melakukan pekerjaan lain, namun sayangnya ia dipecat juga karena geraknya lambat.
Saat itu sang istri berkata: “Kegesitan kaki dan tangan setiap orang berbeda, orang lain sudah bekerja beberapa tahun lamanya, kamu hanya belajar di sekolah, bagaimana bisa cepat?”
Ia pun bekerja lagi di banyak pekerjaan lain, namun tidak ada satu pun yang berhasil, semua gagal di tengah jalan.
Namun demikian, tiap kali pulang dengan patah semangat, sang istri selalu menghiburnya, dan tidak pernah mengeluh.
Ketika sudah berumur 32 tahun, ia mulai dapat berkat sedikit melalui bakat berbahasanya, menjadi pembimbing di Sekolah Luar Biasa Tuna rungu-wicara.
Kemudian ia membuka sekolah siswa cacat, dan akhirnya bisa membuka banyak cabang toko yang menjual alat-alat bantu orang cacat di berbagai kota.
Akhirnya ia menjadi ‘sultan’ yang memiliki kekayaan berlimpah.
Di saat sudah sukses besar seperti sekarang, ia kemudian bertanya kepada sang istri: “Kenapa ketika masa depanku masih suram, engkau tetap begitu percaya kepada ku?”
Istrinya pun menjawab pertanyaan tersebut dengan sangat polos dan sederhana…
Mendengar penjelasan sang istri, ia mengeluarkan air mata terharu.
Keyakinan kuat, ketabahan serta kasih sayang sang istri, bagaikan sebutir bibit unggul.
Semua prestasi dirinya, adalah berkat keajaiban bibit unggul yang kokoh hingga bertumbuh kembang jadi kenyataan.
Sumber: https://iphincow.com/