Ibarat sebuah lilin, kegigihan “menyinari” diri untuk terus bertahan di tengah ancaman “kegelapan”. Jika terus dipelihara dan dimaksimalkan, banyak solusi akan bermunculan.
Dalam dunia olahraga, kita sering kali menyaksikan ketidakmungkinan yang menjadi kenyataan. Kita pun kerap dikejutkan dengan orang atau peristiwa yang berhasil mengubah kemustahilan jadi kenyataan. Dari turnamen bulutangkis, kita sering melihat seorang yang nyaris kalah, malah membalikkan keadaan dan berhasil menang. Di tenis, di ajang balapan, hingga berbagai arena olahraga lainnya. Inilah kompetisi di mana orang-orang yang pantang menyerah dan terus gigih berjuang, akan mendapatkan hasil yang gemilang.
Pada kondisi tersebut, yang dinamakan sebagai “titik darah penghabisan” benar-benar menjadi “nyata”. Kalau perlu, saat napas tinggal satu tarikan lagi, orang dengan kegigihan yang luar biasa bisa mengubah banyak hal. Mereka yang berjuang habis-habisan, akan mendapat hasil yang luar biasa gemilang.
Lantas, apa sebenarnya nilai kekuatan dari kegigihan yang luar biasa? Barangkali, sebuah ilustrasi ini bisa menjadi penggambaran.
Ada seorang pemuda dan pasangannya. Mereka memiliki sebuah ide untuk menjual suatu barang. Karena merasa itu adalah ide yang orisinil dan pertama, mereka pun sangat optimis akan berhasil. Maka, dengan komitmen yang sangat kuat, mereka pun memproduksi barang tersebut dengan modal yang sangat menguras kantong.
Karena itulah, pilihannya hanya satu, harus sukses! Sebab, inilah “perjudian” di mana hanya dengan keseriusan yang luar biasa—bahkan harus dengan mengorbankan banyak hal—produk tersebut akan bisa diterima pasar.
Singkat cerita, produk tersebut berhasil dibuat. Maka, dengan semangat menggebu-gebu, pasangan muda-mudi itu pun berupaya menitipkan produk inovatifnya ke berbagai toko yang ada. Di sinilah perjuangan yang butuh kegigihan ekstra dimulai. Setiap hari, beberapa set produk itu ditawarkan ke berbagai toko. Tanggapannya sama, “Barang apa ini? Nggak bakal ada yang beli!” Sungguh, sebuah ujian yang tidak mudah. Tapi, mereka pun berusaha meyakinkan diri, bahwa produk itu belum diterima karena memang biasanya, sebuah inovasi yang pertama, belum dianggap lazim sehingga dicap “tidak akan laku”.
Maka, satu toko ke toko lain terus dijelajahi. Tapi, dari hari ke hari, jawabannya nyaris senada. Yang intinya, ditolak! Di sinilah nilai kegigihan diuji. Sebab, jika tidak berhasil, artinya kerugian besar sudah menanti. Maka, dorongan harus sukses itu membuat semangat terus menggebu. Satu demi satu toko terus ditelusuri. Namun jawabannya tetap sama.
Bagi orang yang biasa-biasa saja, rasa pesimis barangkali sangat manusiawi. Rasa ingin mundur dari “arena” mungkin juga tak akan memalukan. Toh, sudah berjuang dan berusaha mati-matian. Tapi, sekali lagi, kegigihan ternyata punya daya dobrak yang luar biasa. Meski secuil, harapan untuk sukses terus digelorakan. Hingga, panas-panas jalan yang ditempuh—plus berbagai penolakan—tak mengurangi tekad untuk menawarkan produk mereka.
Saat semua terasa semakin sulit, saat kegigihan diuji—nyaris di ujung batas kesabaran—peristiwa yang dinanti terjadi. Layaknya orang mendaki gunung ketika sedang mendekati puncak, kelelahan sangat melanda. Namun, justru selangkah lagilah mereka akan mencapai puncaknya. Begitu pula pasangan tersebut. Sebuah toko kecil mau menerima produk mereka. Meski, konsekuensinya mereka harus mau mengurangi keuntungan yang sudah dihitung-hitung sebelumnya. Peristiwa ini “meletupkan” semangat, bahwa jika ada satu toko yang sudah mau menerima, pasti ada toko lain yang juga akan menerima. Di sinilah kegigihan kembali mendapat “jawaban”. Yakni, kengototan seseorang—bahkan bisa dikatakan lebih gigih dari gigih—pasti akan menghasilkan sesuatu yang didambakan.
Dan benar, sejak saat itu—pelan tapi pasti—produk mereka pun mulai dikenal dan diterima masyarakat. Hingga, dengan aneka macam inovasi, produk mereka menjadi merek kartu ucapan nomor satu di Indonesia, bernama Harvest. Ya, itulah pengalaman pribadi saya dan istri, Lenny Wongso, untuk menggambarkan bahwa kegigihan adalah “pintu masuk” kepada gerbang kesuksesan. Itulah saat di mana saya dan istri berjuang dengan kegigihan yang luar biasa, ketika melawan halangan dan rintangan yang terjadi.
Kini, semua perjuangan itu “terbayar” sudah. Namun, bukan berarti perjuangan berhenti. Justru, dengan kesuksesan yang telah diraih, semangat kegigihan itu harus terus dipelihara. Sebab, kita selalu ada “ancaman” berupa hukum perubahan. Seperti yang saya alami dengan masuknya SMS dan aplikasi chatting sehingga bisnis kartu ucapan tak lagi jadi pilihan. Di sini, kegigihan kembali harus “beradu” dengan nasib, agar usaha tetap berjalan. Dengan begitu, inovasi, cara baru, pendekatan baru, produk baru, dan target baru, harus selalu kita canangkan, agar sukses terus berkesinambungan.
Kuatkan langkah, terus berjuang, jadikan gigih sebagai tenaga ekstra untuk meraih impian!
Sumber: https://andriewongso.com