Teman saya sangat senang membaca buku motivasi. Pernah secara bercanda ia berujar, “Bermimpilah selama mimpi itu masih gratis.” Teman saya seorang konsultan pajak memiliki versi lain. Ia bilang, “Bermimpilah mumpung mimpi belum dikenakan pajak.” Banyak sekali kata-kata motivasi yang berhubungan dengan mimpi. Ini untuk mendorong orang agar memiliki tujuan dalam hidupnya. Ajakan bermimpi ini ada yang bisa menafsirkannya dengan benar. Namun ada juga yang salah menafsirkan. Mereka yang memahami kata motivasi “bermimpi” pasti segera action untuk mewujudkan mimpinya. Yang salah menafsirkan akan segera menuju tempat tidur. Alasannya, bukankah untuk bisa bermimpi seseorang harus tidur? Saya membagi mimpi menjadi dua jenis. Pertama, mimpi sebagai bunga tidur. Biasanya ini adalah mimpi-mimpi yang menghiasi tidur kita. Sebagian orang meyakini, mimpi-mimpi tertentu memiliki tafsirnya sendiri. Misalnya, jika ada seseorang yang mimpi digigit ular maka sering ditafsirkan akan segera bertemu dengan jodohnya. Suatu malam, seorang teman pria saya yang telah lama menjomblo mimpi digigit ular. Saya bilang padanya, berdasarkan tafsir mimpi itu pertanda bagus, dia akan bertemu dengan jodohnya. Bukannya senang, teman saya ini malah ketakutan mendengar tafsir mimpinya. Setelah saya cari tahu lebih jauh ternyata dia ketakutan karena dalam mimpi tersebut dia digigit ular jantan.
Kedua, mimpi sebagai bunga kehidupan. Ini adalah mimpi yang berhubungan dengan keinginan dan cita-cita seseorang yang ingin diwujudkan. Saya lebih suka menggunakan kata “mewujudkan” mimpi daripada “mengejar” mimpi. Istilah mengejar mimpi terkesan capek dan bikin ngos-ngosan, seperti mengejar bus kota. Mewujudkan mimpi juga terasa lebih pas untuk menerjemahkan ucapan orang barat “make your dream come true.” Ada berbagai macam bentuk mimpi sebagai bunga kehidupan. Contohnya, mimpi memiliki bisnis yang sukses, mimpi memiliki istri yang cantik, hingga mimpi bisa keliling dunia. Ada juga yang mimpinya three in one: bisnis sukses sehingga bisa memiliki istri cantik untuk diajak keliling dunia. Itu sah-sah saja, semua orang bebas bermimpi karena hingga sekarang DPR belum pernah membahas rancangan undang-undang tentang larangan dan batasan mimpi, he he he.
Meskipun bermimpi tidak ada batasannya, tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar mimpi tersebut termasuk jenis mimpi yang bisa terwujud. Bukan sekadar mimpi yang menjadi angan-angan dan bermain di awang-awang.
1. Mimpi harus terukur. Sebelum action mewujudkan mimpi, ukurlah terlebih dahulu antara mimpi dengan kualifikasi diri yang kita miliki, apakah pantas dan sesuai. Jangan memaksakan diri dengan mimpi yang tidak sesuai kualifikasi diri. Misalnya, seorang yang sudah terlanjur lulus sebagai sarjana teknik, tiba-tiba bermimpi ingin jadi dokter. Tentu mimpi ini sulit untuk diwujudkan karena untuk menjadi dokter ada persyaratan akademis yang harus dipenuhi, yaitu lulus dari fakultas kedokteran. Untuk memulai kuliah lagi dari awal di fakultas kedokteran sudah terhambat oleh masalah usia. Langkah yang bisa dilakukan adalah membelokkan mimpi, yaitu dengan menjadi penyedia atau teknisi alat-alat kesehatan. Meskipun bukan seorang dokter tapi pekerjaannya masih bersinggungan dengan dunia kesehatan.
2. Fokus. Jangan meremehkan fokus karena ini sangat berperan besar dalam niat dan tujuan untuk meraih mimpi. Sebagai contoh, kita ingin pergi ke kota Bandung. Jika kita fokus mengendarai kendaraan menuju Bandung, maka cepat atau lambat kita akan sampai di kota Bandung. Bisa cepat jika kita tidak menemukan halangan di jalan. Bisa lambat jika kita mendapatkan hambatan di jalan seperti tersasar atau jalanan macet. Meskipun kita mengalami hambatan, kita tetap sampai di tujuan karena fokus yang kita miliki membantu kita berusaha mencari solusi dan bersabar dalam menghadapi hambatan. Jika kita tidak fokus, bisa jadi ketika menghadapi kemacetan kita sudah frustasi dan memutuskan untuk keluar tol, balik arah, atau malah memutuskan berpindah tujuan.
3. Konsisten. Berdasarkan pengalaman pribadi dan pengalaman-pengalaman orang sukses yang pernah saya baca, konsisten sangat diperlukan agar kita tidak pernah menyerah ketika mengalami kegagalan. Ada seorang teman yang berniat ingin menjadi pengusaha fashion namun ketika dia mencoba memulai bisnis fashion dia mengalami kegagalan. Dia pun mencoba beralih, menekuni bisnis kuliner dengan membuka warung makan. Tak lama warung ini pun tutup, kemudian dia beralih lagi dan membuka usaha event organizer bersama teman-temannya. Ini yang disebut dengan tidak konsisten. Saat mengalami kegagalan di bisnis fashion, seharusnya dia mempelajari penyebab kegagalannya. Dari situ dia mulai melakukan usaha itu kembali dengan lebih baik karena sudah tahu hal yang harus dilakukan untuk menghindari kegagalan.
Ketiga langkah tersebut menjadi semakin mantap jika didukung dengan berserah kepada Tuhan. Sebaiknya kita selalu mengingatkan diri sendiri bahwa dalam sukses itu ada campur tangan Tuhan. Kita fokuskan niat dan tujuan, berusaha secara konsisten, serta lengkapi dengan berserah kepada Tuhan. Jika kita mencapai sukses maka kita bersyukur karena Tuhan sudah membantu kita dalam mewujudkan mimpi. Bila kita belum berhasil maka sebaiknya bersabar dengan mengingat bahwa Tuhan menginginkan kita mendapat sesuatu yang lebih baik.
Mari wujudkan mimpi dengan mengukur diri, fokus, konsisten dan berserah kepada Tuhan. Jangan tanggung dalam bermimpi, bermimpilah setinggi langit. Artinya kalau bermimpi jadi pengusaha jadilah pengusaha yang sukses besar, bermimpi jadi penulis jadilah penulis mega best seller, bermimpi jadi guru jadilah guru yang menghasilkan murid-murid yang menjadi orang-orang sukses di kemudian hari. Dalam buku Motivaction: Mimpi atau Mati! yang saya tulis, saya selipkan kata-kata bijak yang menyebutkan, gantunglah cita-cita setinggi langit. Minimal kalau nggak sampai ke langit, nyangkut di langit-langit. Kan lumayan tinggi juga.
Sumber: http://www.andriewongso.com