Banyak orang bertanya kepada para motivator. Pertanyaan yang paling sering adalah, ”Apakah seorang motivator tidak pernah sedih? Tidak pernah takut? Tidak pernah ‘down’? Tidak pernah gagal?” Kira-kira apa jawabannya? “Pernah” dan “Pasti Pernah”.
Apakah jawaban itu mengecewakan? Bukankah jawaban itu menunjukkan bahwa kita semua adalah manusia normal? Bukankah pertanyaan itu sama seperti pertanyaan berikut: Apakah seorang dokter pernah sakit? Masa dokter bisa sakit? Untunglah dokter juga manusia biasa yang normal sehingga sebagai manusia dia juga bisa sakit.
Bagi saya, yang penting bukan ‘apakah seseorang pernah jatuh’, tapi ‘apakah dia bangun lagi ketika jatuh’. Tak seorangpun pernah menghitung berapa kali kita dulu jatuh ketika masih belajar berjalan. Tak ada orangtua yang mencatat berapa kali anaknya jatuh ketika belajar berjalan. Tapi semua orangtua sangat senang ketika anaknya sudah bisa berjalan. Apakah dokter bisa sakit? Ya. Apakah guru matematika bisa gagal mengerjakan soal matematika? Ya. Apakah juara tinju bisa kena pukul? Ya. Apakah pedagang bisa rugi? Ya. Apakah pelaku bisnis ulung bisa gagal? Ya. Apakah penyanyi bisa serak atau batuk? Ya.
Kita semua sama. Sama-sama manusia. Tidak ada yang namanya manusia super. Mengapa atlet renang lebih pintar berenang? Karena dia berlatih minimal 6 sampai 8 jam setiap hari. Tapi ketika ada orang yang belajar berenang dan berlatih lebih giat, maka dia bisa sama dengan sang atlet renang tadi, atau bahkan melebihinya. Pertanyaannya sekarang, mengapa dia mau repot-repot berlatih renang selama 6 hingga 8 jam setiap hari, tanpa libur? Kenapa dia mau melakukannya? Apakah dia menyukainya? Pasti. Kita juga bisa coba bertanya kepada orang-orang yang hebat di bidangnya, apakah mereka menyukai bidang itu.
Kita bahkan bisa bertanya kepada diri sendiri. Apakah saya menyukai pekerjaan saya? Apakah saya menyukai jabatan saya? Jika ada perasaan suka, maka pekerjaan apapun akan terasa lebih mudah. Tapi jika ternyata kita tidak suka, maka pekerjaan semudah apapun akan terasa berat dan menjadi beban.
Kiat Sukses untuk Anda
• Langkah pertama
Cintailah pekerjaanmu. Maka kita tidak akan merasa berat ketika melakukan apapun. Termasuk bekerja, mengetik, rapat, melayani pelanggan, memasak, belajar, olahraga, atau aktivitas apapun. Jika kita tidak suka, maka carilah hal-hal yang bisa disukai. Misal hasilnya, pujian orang, kenaikan gaji, atau kepuasan pribadi, atau apa saja. Pernah dengar kata-kata ini kan? “Jika Anda tidak bisa memiliki hal-hal yang Anda sukai, maka sukailah hal-hal yang sudah Anda miliki”. Bersyukurlah.
• Langkah kedua
Tentukan target jangka pendek. Kita tidak harus membuat goal jangka panjang, cukup buat goalyang dekat dan lebih mudah untuk dicapai. Jika bekerja, tentukan kapan harus selesai. Apa yang ingin dicapai. Seberapa bagus hasilnya. Jika memasak, tentukan tingkat enaknya masakan, pujian yang ingin didapat, dan sebagainya. Jika mengetik, tentukan berapa minimal kesalahan mengetiknya, berapa lama selesainya, seberapa rapinya atau seberapa cepat dan tepat mengetik dengan 10 jari. Jika tidak bisa mengetik sepuluh jari, belajarlah, tentukan waktu untuk belajar, lihat perkembangannya, dan seterusnya. Maka semua pekerjaan akan lebih menarik untuk dilakukan.
• Langkah ketiga
Jangan pernah berhenti belajar. Sejak lahir sebagai bayi, kita semua tidak pernah berhenti belajar. Belajar berbicara, belajar berdiri, belajar mengenali benda, belajar berjalan, belajar bergaul, belajar cara makan dan sebagainya. Terus menerus. Jangan pernah berhenti. Mengapa? Kita akan berhenti berkembang. Jangan berhenti belajar, karena kita semua memiliki kemampuan belajar tanpa henti. Sudah bawaan dari lahir. Jika pekerjaan sudah bisa selesai tepat waktu, tingkatkan waktunya supaya lebih cepat. Jika memasak sudah enak dan dipuji banyak orang, tingkatkan supaya lebih enak dan lebih bervariasi.
If you cannot have what you love, love what you have.
Lisa Nuryanti
Super Mindset Motivator & Professional Development Consultant
Sumber: http://www.andriewongso.com