PT. INDOTERAS NUSANTARA GROUP

Mengukuhkan didalam Bisnis Pelumas dengan merk “TRUST” yang sesuai dengan perkembangan mesin saat ini. Target Market kami adalah Industri, Alat-Alat Berat dan Transportasi, Perkebunan serta Perkapalan, kami eksis hingga sekarang untuk menjawab Kebutuhan Anda di Pabrik tentang Pelumas.

BERITA & INSPIRASI

PRODUK KAMI

MIRACLE 859 B dirancang secara spesifik untuk peralatan-peralatan listrik guna memberikan kekuatan dielektrik yang tinggi sampai dengan 70 KV sehingga...

MIRACLE 846 T adalah minyak pelumas bermutu tinggi untuk mesin-mesin turbin. Minyak pelumas ini mengandung bahan anti karat dan mempunyai unsur pengha...

MIRACLE 846 SUPER THERM (ST) Heat Transfer Oil adalah minyak penghantar panas mutakhir yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan system thermal. Produk ...

Kementerian Perindustrian bertekad terus mendorong pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI), khususnya di luar Pulau Jawa.

Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2022 yang mengusung tema memantapkan Pemulihan Ekonomi dan Sistem Kesehatan Menuju Transformasi Ekonomi yang Inklusif, terdapat major project kawasan industri yang diprioritaskan. Terdapat 11 kawasan industri RPJMN dan PSN yang masuk dalam major project RKP 2022 untuk percepatan beroperasinya kawasan industri tersebut.

Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin Eko S.A. Cahyanto menyampaikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14/2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) Tahun 2015-2035, terdapat 22 WPPI di Indonesia, termasuk WPPI di Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.

Eko mengemukakan merujuk data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) selama lima tahun terakhir, kontribusi sektor industri di Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan sebesar 0,93 persen.

Khusus di Kabupaten Konawe terjadi peningkatan hingga 18,25 persen, sedangkan di Sulawesi Tengah peningkatan kontribusi sektor industri mencapai 3,29 persen, dengan sumbangsih Kabupaten Morowali yang mengalami lonjakan sebesar 31,42 persen.

"Peningkatan kontribusi sektor industri dalam pertumbuhan ekonomi regional tersebut sangat jelas terlihat sejak beroperasinya kawasan industri," katanya melalui siaran pers, Rabu (2/6/2021).

Eko menyebut di Kabupaten Konawe misalnya, sejak dimulainya pembangunan kawasan industri pada tahun 2017, kontribusi sektor industri pengolahan meningkat hingga rata-rata 6 persen setiap tahunnya.

Sementara, di Kabutapen Morowali sejak dimulainya pembangunan kawasan industri pada 2015 langsung meningkatkan kontribusi sektor industri sebesar 27,65 persen pada 2016 dan meningkat hingga rata-rata 1,25 persen setiap tahunnya.

Menurutnya, penggerak utama WPPI di Sulawesi Tenggara adalah Kawasan Industri Morowali dan Kawasan Industri Konawe, serta beberapa kawasan industri yang sedang dalam tahap perencanaan.

Kawasan Industri Konawe dan Kawasan Industri Morowali merupakan Proyek Strategis Nasional berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 109/2021. Kawasan Industri Konawe yang dikelola oleh PT. Virtue Dragon Nickle Industrial Pa terletak di Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara dengan luas lahan 2.253 hektare dari target pengembangan 4.000 hektare. Fokus pengembangan industri di Kawasan Industri Konawe adalah industri pengolahan nikel.

Saat ini, di Kawasan Industri Konawe terdapat dua tenant yang sudah beroperasi, yaitu PT Virtue Dragon Nickle Industry dan PT Pelabuhan Muara Sampara, serta satu tenant yang sedang dalam tahap konstruksi, PT Obsidian Stainless Steel.

Realisasi investasi di Kawasan Industri Konawe sebesar Rp47 triliun dan telah menyerap tenaga kerja sebanyak 16.515 orang.

Sementara itu, Kawasan Industri Morowali yang dikelola oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park menargetkan investasi sebesar Rp105 triliun, dan saat ini sudah menyerap tenaga kerja sebanyak 40.000 orang dari target 50.000 orang tenaga kerja.

"Pembangunan kawasan industri yang terintegrasi memang harus didukung oleh pemerintah pusat dan daerah, dengan dilengkapi penyediaan infrastruktur industri dan infrastruktur penunjang," tutur Eko.

Sumber: https://ekonomi.bisnis.com