PT. INDOTERAS NUSANTARA GROUP

Mengukuhkan didalam Bisnis Pelumas dengan merk “TRUST” yang sesuai dengan perkembangan mesin saat ini. Target Market kami adalah Industri, Alat-Alat Berat dan Transportasi, Perkebunan serta Perkapalan, kami eksis hingga sekarang untuk menjawab Kebutuhan Anda di Pabrik tentang Pelumas.

BERITA & INSPIRASI

PRODUK KAMI

MIRACLE 859 B dirancang secara spesifik untuk peralatan-peralatan listrik guna memberikan kekuatan dielektrik yang tinggi sampai dengan 70 KV sehingga...

MIRACLE 846 T adalah minyak pelumas bermutu tinggi untuk mesin-mesin turbin. Minyak pelumas ini mengandung bahan anti karat dan mempunyai unsur pengha...

MIRACLE 846 SUPER THERM (ST) Heat Transfer Oil adalah minyak penghantar panas mutakhir yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan system thermal. Produk ...

Industri tekstil membutuhkan investasi baru di sektor hulu untuk mengatasi kendala pasokan bahan baku dari dalam negeri yang kemudian mengerek impor serat dan benang.

Ketua Umum Asosiasi Serat, Benang, dan Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan sejauh ini kemacetan suplai bahan baku masih dapat diatasi dengan importasi. Namun ke depan dibutuhkan satu pabrikan baru produsen polyester dan purified terephthalic acid (PTA).

Kementerian Perindustrian mencatat produsen PTA di dalam negeri hanya ada dua industri, salah satunya Mitsubishi Chemical yang mengalami kebakaran pada Februari 2022.

PTA diketahui menjadi bahan baku utama pembuatan produk-produk tekstil seperti polyester dan polietilena terephthalate (PET). Nantinya, produk turunan PTA itu akan dijadikan bahan baku pembuatan benang dan serat fiber yang berguna bagi industri hilir tekstil.

"Ke depan harus ada tambahan investasi baru di bahan baku karena demand makin lama makin tinggi," kata Redma kepada Bisnis, Kamis (21/4/2022).

Harus ada kapasitas terpasang yang agak longgar untuk mengantisipasi masalah kemacetan produksi karena insiden tertentu atau perawatan rutin.

Dalam dua tahun ke depan, kapasitas tambahan produksi polyester diperkirakan sekitar 150.000 ton hingga 200.000 ton. Sedangkan hingga 2025 kebutuhannya bisa sampai 500.000 ton. Adapun, kebutuhan kapasitas produksi PTA berkisar 300.000 ton hingga 350.000 ton.

"Artinya kami perlu satu pabrik [bahan baku] lagi," lanjutnya.

Sementara itu, untuk menarik investasi baru, Redma menekankan pentingnya pengendalian impor, khususnya di produk hilir. Pasalnya, untuk membangun pabrik baru, dibutuhkan kepastian imbal hasil dalam waktu 10 tahun. Tanpa pengendalian impor yang memadai, kepastian pasar tidak akan terjadi sehingga investasi baru pun urung masuk.

Adapun, yang saat ini menjadi kekhawatiran pengusaha adalah masuknya barang-barang impor ilegal jelang Lebaran melalui marketplace. Hal itu diakuinya menjadikan optimisme pengusaha surut karena penyerapan produk dalam negeri di pasar ritel berpeluang untuk terganggu.

"Yang jadi masalah barang-barang impor ikut nimbrung, terutama yang di online shop. Itu yang bikin kami agak was-was, bisa tidak barang yang kami simpan di ritel di-absorb pasar," kata Redma.

Sumber: https://ekonomi.bisnis.com